Es Krim ASI : Kreativitas Manusia Yang Semakin Tak Terbendung


Membaca berita hari ini, " Es Krim ASI terjual habis pada hari pertama diluncurkan ke pasar dengan harga 14 poundsterling atau hampir 200 ribu per gelasnya."

Es krim ASI? tentunya kita akan kaget ketika mendengar inovasi baru dari dunia usaha saat itu. Tak biasanya es krim yang menjadi makanan kegemaran banyak orang ini berbahan dari susu yang dihasilkan oleh manusia. Sebenarnya produk yang satu ini boleh dikatakan sangat unik, tidak memiliki pesaing sehingga dapat kita katakan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat jeli dalam membaca peluang pasar dengan menciptakan suatu produk inovatif. Buktinya, meski baru hari pertama produk ini di luncurkan langsung mendapat respon positif oleh pasar dengan terpapangnya tulisan 'sold out' yang tergantung pada pintu masuk cafe.

Fenomena es krim ASI ini hanyalah salah satu dari sekian banyak bukti dari kreativitas manusia yang semakin tinggi khususnya dalam hal produk makanan. Walaupun sesungguhnya masih tipis perbedaanya antara kreativitas dengan kerakusan manusia itu sendiri. Namun, apapun itu ini adalah salah satu wujud kreativitas manusia yang semakin tak terbendung. Lalu bagaimana jika produk berbahan dasar susu yang dihasilkan manusia ini dikaitkan dengan masalah etika?

Seorang pelanggan yang menikmati es krim ASI ini, awalnya merasa jijik dengan makanan yang berbahan dasar sesuatu yang dihasilkan oleh jaringan tubuh. Namun, setelah menikmati rasanya ia pun berubah pandangan bahwa tak ada yang salah dengan bahan dasar ASI karena yang biasanya berbahan susu sapi juga dihasilkan dari tubuh sapi sehingga tak ada bedanya disini. Namun, apakan etis ketika manusia itu disamakan dengan sapi yang boleh diambil susunya karena sapi memang menjadi salah satu komoditas pangan bagi manusia??

Sebenarnya tak ingin mengaitkannya dengan agama karena akan menjadi perbincangan yang sangat sempit dan kaku ketika suatu hal dikaitkan dengan agama. Namun, itulah aturan yang harus ada sebagai umat yang mengakui keberadaan Tuhan sebagai penciptanya dan ajaran-Nya sebagai pedoman hidup. Dalam agama islam khususnya, dijelaskan bahwa dua orang yang sepersusuan adalah saudara yang haram untuk dinikahi. Lalu bagaimana jadinya jika dua orang yang makan es krim yang berasal dari ASI yang sama dan kemudian menikah? Meski kecil kemungkinannya, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Jika tak berkenan mengkaitkannya dengan masalah agama, kita bisa kembali pada masalah etika tadi. Untuk mendapatkan ASI sebagai bahan dasar, pembuat es krim harus membayar 15 poundsterling per 10 onsnya. Dengan demikian berarti, apa yang dihasilakan oleh tubuh manusia sekrang menjadi komoditas dengan komersialitas. Apakah etis jika hasil dari produksi jaringan tubuh ini dikomersilkan bukan untuk tujuan kesehatan,penelitian, atau penyelamatan nyawa seseorang seperti yang biasanya terjadi terkait dengan perdagangan organ tubuh. Komersialitas produk yang dihasilkan oleh jaringan tubuh hanya untuk memenuhi kerakusan manusia dengan menyesuaikan etika untuk membenarkannya.

Buah hasil kreativitas manusia yang kian tak terbendung...

Komentar