Kisah Sebongkah Hati


Ada sebongkah daging bernama hati yang berada pada sebuah kebimbangan. Sebongkah hati itu kini harus memilih untuk tetap berjalan kedepan atau berbalik arah.

Sebongkah hati itu pernah berada pada tempat yang selalu melindunginya dan menjaganya setiap waktu. Sebongkah hati itu merasa nyaman berada di dalamnya . Namun, tak selamanya kenyamanan itu tercipta. Sebongkah hati itu harus tersakiti oleh tempat peristirahatannya sendiri tempatnya bernaung. Hingga sebongkah hati itu terluka dan benar-benar terluka, tetapi ia tak mampu keluar karena tempat itu tak memberikannya jalan untuk keluar. Tempat itupun kian hari kian dingin. Sebongkah hati pun berontak, tetapi pemberontakannya tak pernah berhasil oleh dirinya sendiri.

Kini, tenaga itu telah cukup. Sebongkah hati telah berhasil mendobrak tembok itu dan lari. Jauh berlari, amat sangat jauh. Sebongkah hati merasa bebas, ia bisa pergi ketempat manapun yang ia nginkan. Namun, tembok yang runtuh tadi ternyata tak pernah merelakannya pergi. Ia merintih kesakitan seolah sebongkah hati itu benar-benar telah menghancurkannya tanpa sisa. Ia hanya membuka bagian kecil dari dindingnya, tapi kenapa ia menjerit begitu lirih? Membuat sebongkah hati itu tak kuasa mendengarnya. Rintihan itu bagai sebuah tangis penderitaan yang memilukan.

Sebongkah hati terdiam, akankah dia kembali ke tempat itu? Tapi, itu tak mungkin. Tempat itu pernah membuatnya terluka dan dalam, amat menyakitkan. Namun, tempat itu juga pernah melindunginya benar-benar melindunginya. Sebongkah hati itupun bimbang, kemana ia harus melangkah. Ia tak selamanya bisa diam, ia tak selamanya bisa berhenti ditengah-tengah. Akankah sebongkah hati itu mencari tempat perlindungan lain, tempat dimana ia tak mendengar rintihan itu lagi. Atau kembali menemani tembok dingin itu hanya karena iba dan belas kasihan? Yang ia tahu hanyalah ia harus berlari, lari sejauh mungkin dan berharap rintihan yang memintanya untuk kembali tak akan terdengar lagi.

Komentar