Di Balik Pintu Sebuah Kamar


Dibalik pintu sebuah kamar, malaikat sedang mendengar percakapan antara dua orang gadis belia. Gadis pertama dengan paras orientalnya dan rambut hitam yang menjuntai memulai pembicaraan antara dua gadis malam itu.

“Tahukah kau dengan bunga di tepi jalan?” Gadis kedua pun berpikir teman sekamarnya itu ingin mengingat sebuah lagu yang ia lupa liriknya.
 “Bukan, bukan sebuah lagu yang aku maksud”.
“Ini hanya sebuah perumpamaan, perumpamaan bagi kita, kaum wanita.” Gadis kedua pun diam dengan wajah bingungnya.
“Seorang yang sangat bijak pernah berkata padaku, bunga di tepi jalan sangat mudah untuk di lihat orang dan sangat mudah untuk ditemukan. Mereka akan lebih mudah mendapatkan seseorang yang kan membawanya pulang dan menaruhnya dalam sebuah vas yang nyaman. Tapi, kau perlu tahu, terkadang mereka hanya di petik sejenak kemudian akan di buang kembali dengan cepat. Karena masih banyak bunga-bunga yang bisa dia petik lagi di pinggir jalan berikutnya.”

Mendengar ucapan itu, hati gadis kedua itupun terasa ngilu. Tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya perumpamaan yang begitu indah. Senyuman tipis merekah diwajahnya yang semula terlihat bingung. Seakan sebuah pencerahan telah ia dapatkan dan apa yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu mampu ia terima dengan mudahnya.

Gadis berambut hitam panjang kembali melanjutkan kisah berikutnya tentang ucapan dari seseorang yang sangat bijak yang ia temui.
 “ Dan kau, jadilah bunga di tengah hutan.” Apa maksudnya? Awalnya terasa sedikit ambigu, bukankah bunga di tengah hutan adalah bunga yang tak pernah di sukai bahkan diinginkan oleh orang sekalipun?
“Jadilah kau bunga di tengah hutan, dimana seseorang perlu usaha keras dan perjuangan untuk dapat memetikmu bahkan hanya untuk melihatmu sekalipun.”
“Dan, hanya orang-orang terbaik dengan kesungguhannya yang ‘kan dapat memetikmu.” Gadis kedua pun ikut melanjutkan cerita indah sahabatnya itu seraya menyusun akhir cerita yang mengesankan.
Gadis kedua itu berucap,“ dan ketika mereka mendapatkanmu, kepuasan dan rasa untuk senantiasa merawatmu akan sangat besar, sebesar perjuangan yang harus mereka lakukan atau bahkan lebih. Mereka tak akan membuangmu dengan mudah bahkan hingga kau layu dan mengering nanti. Vas terbaik akan mereka berikan untuk menaruhmu, karena kau terasa amat berharga bagi mereka.”
Dua gadis itu pun tersenyum. Malaikat yang mendengar percakapan mereka sejak tadi ikut menampakkan senyum tipisnya seraya berucap.
“Semoga kalian akan menjadi bunga di tengah hutan dan akan menjadi bunga yang paling indah untuk mereka yang memetiknya nanti.”

Dan malaikatpun berbisik perlahan dalam hati kedua gadis di balik pintu itu. “Tapi ingatlah, jangan menjadi bunga di tengah hutan dengan semak belukar dan duri-duri yang terlalu tajam di sekelilingmu. Itu akan melukai mereka yang ingin memetikmu dan mungkin hanya sedikit saja yang kan bertahan atau mungkin semuanya akan lari dengan membawa kabar buruk untuk orang berikutnya sehingga mereka akan takut tuk mengahampirimu. Bagaimanapun, kau adalah bunga, kau memiliki wangi itu, kau memiliki kelopak yang indah dan kau di takdirkan untuk di petik pada waktunya nanti.”

Komentar