November...... eps.1

18 November 2007......

" Oryza."
" Ken Aditya. Panggil aja Ken ."
Dan bayangan itu kemudian menghilang perlahan, melangkah keluar meninggalkan ruang lomba.
Seingatnya, Oryz tak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Entah perasaan apa yang telah merasukinya, jantungnya berdetak kencang dan rasanya ia ingin selalu tersenyum. Mungkin ini hanya perasaan yang wajar dirasakan seseorang ketika mendengar sesuatu yang ia nantikan. Hari ini mungkin akan menjadi hari bersejarah untuknya. Untuk kali pertamanya Oryz merasakan kebahagiaan menjadi peserta final dalam sebuah kompetisi bergengsi.
" Tak sabar untuk menunggu pertandingan final esok hari.... dan juga bertemu dengannya kembali," ucapnya lirih seraya mengambil langkah menuju mobil sekolah yang terparkir di dekat papan bertuliskan Fakultas Ekonomi.

****

Malam telah larut, udarapun semakin bertambah dingin. Terlihat lampu masih menyala terang disebuah kamar, menandakan penghuninya masih belum beranjak dari aktivitasny. Oryz, masih setia menghadap komputernya ditemani secangkir panas mie instant mini untuk membantunya melawan hawa dingin di rumahnya yang terletak dikawasan kaki gunung Ungaran. Dengan mata yang hampir setengah terpejam, Oryz tetap berusaha menyelesaikan slide power pointnya yang tinggal seperlimanya lagi akan selesai.
Terdengar suara seseorang sedang mengambil air minum di dapur yang kebetulan tepat berada disebelah kamarnya. Langkah kaki itu terdengar mendekati pintu kamar dan mengetuknya.
"Riz, belum tidur dek?"
"Belum mas, masih belum selesai bikin slidenya,"
Semua orang dirumah Oryz biasa memanggilnya dengan sebutan Adek. Dengan statusnya sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara dan kebetulan kedua kakaknya laki-laki tentunya Oryz menjadi pribadi yang sedikit manja. Sambil mengucek-ucek kedua matanya untuk sejenak menghilangkan kantuk, Oryz membuka pintu kamarnya.
" Belum selesai ya?"
" Udah tau pake nanya, bingung ney mas. Isinya mau disusun kaya gimana ya biar enak dipresentasiinnya?"
" Coba mas lihat," Galih, kakak kedua Oryz mengambil alih tempat semedinya sejak beberapa jam tadi untuk melihat hasil pekerjaanya.
" Udah bagus kok dek, tinggal susunannya aja yang perlu diperbaiki biar bisa sistematis saat dipresentasiin nanti."
" Harus diubah lagi mas? huh.......lama nggak ya? Aku udah ngantuk, padahal kesimpulannya masih ada yang belum aku masukin."
Melihat adiknya yang setengah mati menahan kantuk dan rasa lelah akibat kompetisi hari ini membuat hati Galih tak tega. Meskipun dihari-hari biasanya mereka berdua sering bertengkar karena Galih yang selalu usil, tetapi sesungguhnya kedua kakak adik itu saling menyayangi satu sama lain.
" Mau mas bantuin nggak? Kasian kamu kalau harus begadang, takutnya besok malah jadi nggak fit."
" Beneran mas? mauuuuu... masku yang satu ini emang ganteng dan baik hati."
" Kalau dibaikin aja baru bilang ganteng."
" Hehehe, aku boleh sambil tiduran nggak mas? Capek ney...."
" Iya boleh, tapi jangan tidur dulu sampai selesai ya. Mas cuma bantuin ngetiknya aja ney, tetep kamu yang harus mikir."
" Iya-iya..," Oryz membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur dibelakang Galih yang menggantikan pekerjaannya menyelesaikan slide untuk presentasi final esok hari. Galih mengotak atik slide yang telah disusun adiknya dari beberapa jam yang lalu itu sambil sesekali mendiskusikan dengan si pembuatnya.
" Dek, kesimpulannya dikit aja. Yang penting mencakup semuanya. Soalnya dipembahasan udah dijelasin panjang lebar."
" Gitu ya Mas? Iya deh...." suaranya mulai terdengar semakin pelan.
Hanya lima belas menit Galih sudah bisa menyelesaikan semua sisa pekerjaan adiknya tadi.
" Udah Dek, mau dipindahin ke flash...," belum sempat menyelesaikan pertanyaanya saat Galih menoleh kebelakang dan melihat Oryz yang terlihat terlelap tertidur pulas.
" Dasar bocah...."
Setelah memindahkan slide presentasi ke USB, Galih mematikan lampu dan meninggalkan kamar Oryz.

****

Tak jauh berbeda, Ken masih sibuk dengan laptopnya, menyelesaikan makalah untuk tugas kuliah yang harus diserahkan esok hari. Kesibukannya beberapa hari ini untuk menyiapkan kompetisi anak SMA se-Jawa Tengah, membuat mahasiswa ekonomi sebuah Universitas negeri di daerah Semarang itu hampir terlupa dengan tugasnya. Terlihat sesekali ia memicingkan matanya yang mulai terlihat mengantuk menandakan ia sedang berpikir keras untuk menyelesaikan tulisannya malam itu juga. Tiba - tiba ponselnya berbunyi.
Lg ap? Ngbrl yuk?
SMS itu tak ia hiraukan sedikitpun. Ia hanya meletakkan ponselnya lagi diatas meja disebelah tempat tidurnya. Ia kembali melanjutkan paragraf demi paragraf tulisannya sambil merebahkan badannya diatas tempat tidur. Tak lama berselang, ponselnya berbunyi menandakan sebuah panggilan untukknya.
"Widy," ucapnya membaca sebuah nama dari ponselnya itu.
" Hallo Ken..."
" Ada yang penting Wid?"
" Sebenarnya nggak sih, cuma pengen ngobrol."
" Gimana ya....."
" Lagi sibuk ya?"
" Iya lagi ngerjain tugas makalah dari pak Guntur."
" ooh...Ok deh, besok aja deh ketemu dikampus."
" Ok, kalau ketemu aja kita ngobrol lagi."
Ken cepat-cepat menutup teleponnya. Mungkin ia memang sedang tidak ingin digannggu karena harus menyelesaikan tugasnya secepat mungkin, as soon as possible.
" Baik sih, tapi ada yang belum pas," tiba-tiba Ken berkomentar.
Gadis yang meneleponnya tadi adalah Widy, teman sekampusnya bahkan satu jurusan. Kebetulan juga Widy menyukai Ken lebih dari sekedar menjadi teman biasa. Sebenarnya mereka tidak berteman dekat, tetapi Widy adalah sahabat baru Hellen, sahabat Ken sejak tahun pertama. Akhir-akhir ini Widy seringkali ikut Hellen saat ia berkumpul dengan Ken serta teman-temannya yang lain. Hellen sepertinya juga ingin mendekatkan Ken dengan sahabat barunya itu alias pengen nyomblangin mereka berdua. Maklum, sudah hampir dua tahun Ken menjomblo.
Akhirnya Ken terkalahkan dengan rasa kantuknya sebelum ia sempat mengedit hasil pekerjaanya itu." Yang terpenting semua bagiannya telah terselesaikan," pikirnya. Ia pun terlelap dalam mimpinya malam itu.

****

Pertandingan final yang pertama telah ia selesaikan dengan cukup baik. Meski tidak terlalu menyenangkan, setidaknya Oryz masih bisa bernafas lega dengan berada di tempat ketiga dengan nilai yang tidak terpaut terlalu jauh dengan lawannya di tempat pertama dan kedua. Setidaknya kesempatan untuk membalikkan keadaan masih terbuka lebar di sesi presentasi makalah nanti.
" Tenang, ibu yakin kamu pasti bisa menyusul nilai mereka nanti," ucap bu Uswah yang dua hari ini menjadi guru pendamping Oryz.
" iya bu, pasti." Oryz terlihat begitu semangat dan optimis.
" Oryz....Oryz....Oryz.....," Atha, Rendy, dan Kak Ibang begitu semangatnya memberikan dukungan untuk Oryz dengan membawa karton abu-abu bertuliskan namanya dengan pena seadanya. Untuk diketahui, Kak Ibang adalah mahasiswa senior yang juga alumni dari SMA Oryz, sehingga ia sangat bersemangat mendukung peserta yang membawa nama almamaternya itu.
Sekitar pukul 11.30 semua peserta dipersilahkan untuk istirahat makan siang dan yang lainnya. Hari itu rasanya Oryz tak ingin memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya hingga usai kompetisi itu, selain hanya air mineral yang justru telah memenuhi perutnya sedari tadi. Akibat banyak minum itu ia harus bolak-balik ke toilet yang terhitung sudah tiga kali sejak pagi tadi. Mungkin juga akibat dari rasa grogi menghadapi pertandingan final untuk kali pertamanya ini. Dan untuk keempat kalinya kini ia menuju kamar kecil.
Keluar dari kamar mandi Oryz terkejut dengan Ken yang tiba-tiba menyapanya dan berdiri di depan pintu masuk ruangan.
" Tulisanmu bagus ya," Ken mengeluarkan kata-kata pertamanya dengan memuji makalah yang ditulis Oryz yang telah ia baca.
" Ahh, masa iya sih Kak," Oryz mencoba meyakinkan apa yang diucapkan Ken barusan.
" Panggil aja Ken, kan aku belum tua-tua amat,hehe."
Tak seperti bahasa pergaulan di Jakarta dan sekitarnya, di Semarang kata ganti dengan bahasa gaul 'gue-lo' justru belum begitu sering digunakan. Akan lebih terkesan sopan ketika menggunakan kata ganti aku kamu, apalagi dengan orang yang baru dikenal.
" Kan ga enak," Oryz sedari tadi berbicara tanpa menatap wajah Ken, meski terkadang ia mencuri-curi untuk melihat wajah yang dari kemarin selalu terbayang dipikirannya itu.
" Udahlah nggak masalah akrab aja kalau panggil nama," sedangkan Ken justru tak henti-hentinya manatap wajah gadis yang sedang berbicara dengannya itu.
" Emang Ken baca karya tulis Oryz ya?" akhirnya Oryz memberanikan diri untuk bertatap muka dengan Ken. Dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia tersenyum kecil.
" Iya, soalnya penasaran. Dari judulnya udah bikin penasaran sih."
" Masa sih?" wajah Oryz sedikit memerah karena merasa senang sekaligus malu mendengar pujian dari Ken. Ia pun merasa sedikit aneh dengan reaksi tubuhnya yang seharusnya biasa saja mendengar pujian standar semacam itu. Ia pun sedikit kesal dengan ekspresi wajahnya yang berubah merah seperti tomat saat ia malu dan sering kali muka tomatnya itu menjadi bahan olok-olokan oleh teman-temannya.
" Udah makan Riz?" Ken menyodorkan nasi kotak untuk Oryz yang berdiri di depannya sejak beberapa menit yang lalu itu.
" U..udah kak, eh Ken."
" Canggung ya? Tenang aja aku masih semester 5 kok, belum tua-tua amat. Lebih tua si Ibang tuh."
" Hehehe..." Oryz terlihat terdiam sejenak dan berdiri mematung ditempat itu.
" Mau masuk lagi? 15 menit lagi briefing lho," Ken kaliatannya tahu kalau Oryz sedang melamun saat itu.
" Eh... iya, masuk dulu ya," Oryz sedikit kaget, bahkan dia sendiri hampir lupa untuk segera masuk ke ruangan dan menpersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan yang paling menentukan nanti.
" Ngobrol ma siapa Riz? Ken ya? hahahaha...." Kak Ibang melempar pertanyaan itu setelah ia melihatnya berdiri dihadapan Ken selama beberapa menit tadi.
" Nggak kok Kak, orang cuma......"
" Santai aja, dia penggemarmu tuh... Your silly admirer," Kak Ibang memotong jawaban Oryz dan justru menggodanya.
Untuk menutupi rasa malunya Oryz kembali membaca karya tulisnya dan memperlihatkan wajah yang cukup serius.

****
" Dengan demikian berarti, penyelesaian kedua masalah yang berkaitan erat tersebut tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus berkesinambungan satu sama lain agar tidak saling tumpang tindih atau dua kali kerja. Terima kasih."
Terdengar suara riuh tepuk tangan orang-orang yang berada di ruangan yang rasanya cukup panas saat itu karena suasana kompetisi yang cukup menegangkan. Ibang, bu Uswah, Atha, dan Rendy terlihat berdiri dengan senyuman yang merekah untuk penampilan Oryz. Bahkan Ibang, mahasiswa dengan prestasi yang tak kalah membanggakan mengacungkan jempolnya sebagai tanda bahwa ia menyukai penampilan juniornya itu. Melihatnya, tentu Oryz merasa cukup bangga dan rasa percaya dirinya pun ikut meningkat. Kini ia siap menghadapi apapun pertanyaan yang akan diajukan juri.
" Maksudnya adalah bahwa komersialisasi pendidikan seperti sekarang ini meski dengan alasan peningkatan mutu pendidikan, tetapi justru menjadikan ketidakmerataan dan menurunkan kualitas SDM masyarakat. Bagaimana tidak, hanya golongan tertentu saja yang akhirnya bisa menikmati pendidikan sedang kaum marginal tetap dengan kondisinya tak berpendidikan. Dengan demikian, pastinya peningkatan kualitas SDM yang diharapkan tidak akan benar-benar terwujud."
" Ok, waktu tanya jawab selesai. Terima kasih saudara Oryza. "
Pembawa acara menyatakan waktu menjawab pertanyaan telah selesai bertepatan dengan selesainya Oryz menjawab pertanyaan satu-satunya dari juri.
" Dengan penampilan dari peserta kelima, maka berakhir pula babak final kompetisi ini. Pengumuman juara akan disampaikan pukul 15.00. Bagi peserta dan para pendamping dipersilahkan untuk beristirahat."
Pertandingan boleh dikatakan telah usai meskipun belum diketahui siapa pemenangnya. Oryza kini merasa jauh lebih tenang dan bisa memasukkan sedikit makanan untuk mengganjal perutnya yang tentunya sudah lapar dan sejak tadi ia abaikan. Bersama kak Ibang, Atha, juga Rendy yang tetap setia menemaninya hingga akhir pertandingan, mereka berempat bercanda untuk melepaskan ketegangan. Suasana terasa begitu mencair dengan Kak Ibang yang sesekali mengeluarkan lelucon ditengah-tengah pembicaraan yang terkadang serius,tetapi lebih sering bercanda. Membicarakan keunikan guru-guru SMA yang masih dikenali Ibang adalah topik favorit mereka.
Lima belas menit sebelum waktu pengumuman hasil lomba, Ken terlihat berjalan menghampiri Oryz yang duduk di barisan kursi kedua dari depan.
" Selamat ya."
Ken menyalami Oryz dan duduk di barisan kursi tepat dibelakangnya. Oryz terlihat bingung dengan ucapan selamat dari Ken itu. Beberapa detik Oryz sempat dibingungkan dan terdiam.
" Selamat untuk apa?" Oryz bertanya pada ken setelah beberapa saat terdiam.
" Kamu Juaranya," dengan terseyum Ken menjawab rasa penasaran Oryz.
" Jangan bercanda ah, tau darimana?" Oryz masih tidak ingin mempercayai perkataan Ken. Meski ia juga tidak bisa memungkiri bahwa Ken pasti tahu bagaimana hasil dari perlombaan itu.
" Nggak percaya ney anak, yaudah tunggu aja sebentar lagi."
" Rumahmu dimana Riz?" Ken justru menanyakan pertanyaan yang cukup mengejutkan disaat Oryz masih bertanya-tanya dan mulai tegang.
" Dikaki gunung,hehehe," Oryz mencoba bercanda untuk menghilangkan sejenak ketegangan yang mulai menghinggapinya.
" Naik turun gunung dong tiap hari,hahaha."
Kak Ibang memulai obrolan penuh tawa mereka kembali. Oryz kembali memusatkan perhatiaanya pada teman-temannya itu dan juga bu Uswah yang baru saja kembali dari toilet. Ken pun tidak terlalu canggung lagi untuk bergabung dalam obrolan mereka. Yang cukup kebetulan lagi, Ken ternyata satu almamater juga. Kolaborasi Ken dan Ibang membuat banyak lelucon bermunculan dan tak satupun dari mereka mampu menahan diri untuk tidak tertawa.
Lima belas menit yang dinantikan akhirnya tiba.
" Bu, kok rasanya deg-degan banget ya? Apa saya tidak juara?" Oryz bertanya pada bu Uswah sambil menampakkan ekspresi ketegangan yang boleh dikatakan mencapai stadium empat.
" Tenang saja, Ibu yakin kamu pasti juaranya," Bu Uswah mencoba meredakan ketegangan anak muridnya itu.
" Iya tenang aja Riz."
Rendy yang juga kakak kelas plus senior Oryz untuk kompetisi-kompetisi semacam ini mencoba membangkitkan rasa optimisnya kembali.
" Juara ketiga, Antonius Wibowo dari SMA....."
Suara itu membuat Oryz cukup lega dan bahagia hingga ia tak begitu mempedulikan ucapan-ucapan MC setelah menyebut nama Antonius sebagai pemegang podium ketiga itu.
" Untuk Oryza Kirania Utama dan Aldino Pratama dipersilahkan maju kedepan."
Dengan penuh rasa percaya diri, Oryz melangkahkan kakinya menuju podium untuk menantikan siapa yang akan menerima gelar bergengsi sebagai juara pertama.
" Dan, sebagai runner up adalah........"
Suasana terasa sangat menegangkan kala itu. Setiap orang bersiap-siap untuk bersorak terutama supporter dari kedua peserta itu dan berharap semoga jagoan merekalah yang akan menang.
" Aldino Pratama , dengan demikian berarti juara pertama diraih oleh Oryza Kirania Utama dari SMA Negeri 1...."
Tepuk tangan dan riuh sorak-sorai hadirin diruangan itu ikut mewakili suasana hati Oryz yang tak tergambarkan lagi kebahagiaan yang ia rasakan. Seolah tergambar jelas dimatanya wajah ayah bundanya yang tersenyum bangga atas keberhasilannya itu. Seingatnya, ia belum pernah merasakan kebahagiaan yang melebihi hari itu. Senyuman seolah tak ingin beranjak dari wajah manisnya hingga acara celebration itu usai.

****

Acara foto bersama dengan seluruh panitia penyelenggara telah selesai. Oryz bersama kedua supporter setianya dan Bu Uswah berjalan menuju lift. Tepat didepan pintu lift, terasa ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang dan memanggil namanya. Ken, dengan nafasnya yang ngos-ngosan berdiri tepat dibelakangnya.
" Sorry Riz, nomer HP dong."
Oryz, menyebutkan nomer poselnya dengan cepat bertepatan dengan langkah kakinya memasuki pintu lift. Pintu lift tertutup. Pertemuan dua hari itu berakhir.

****

Komentar

  1. jangan dipublikasikan disini, mending dikirim ke penerbit..bagus banget!!!!

    BalasHapus

Posting Komentar