Balada Malaikat Kecil Ibu


Dalam keterbatasan tuk mengingat catatan kehidupan masa lalu, kurangkaikan serpihan-serpihan ingatan yang masih bisa kutangkap perlahan.

Ketika ibu, wanita yang penuh kelembutan itu mendudukkan tubuh kecilku dipangkuannya. Menceritakan kisah hidup, angan, dan asa masa depan untukku. Aku tak mengerti apa yang dikatakannya waktu itu, karena aku tak pernah bisa mendengarnya dengan jelas. Hanya pelukan hangat dan belaian lembut yang masih bisa kuingat dan tak akan mungkin terlupakan.

Sosok yang penuh cinta itu, akan lebih senang duduk termenung dengan meletakkanku di pangkuannya, memelukku dan terdiam, memandangi langit senja yang mulai kemerahan daripada sekedar mencari hiburan yang seingatku memang kami tak memiliki apapun. Hanya malaikat-malaikat kecilnyalah yang menjadi penghibur hati baginya, tawa kami, teriakan-teriakan kecil kami, dan bukan gemerlap dunia pesta pora yang dibanjiri dengan kemewahan. Aku, si bungsu yang mampu menjadi pelipur lara atas himpitan kehidupan yang terkadang tak lagi memiliki nurani.

Ibu, akan selalu tersenyum, memandangku yang melompat dan tertawa riang ketika mendapat sebiji lolipop kecil sebagai hadiah untuk pergi mengaji hari ini atau teriakan-teriakan manjaku ketika meminta ibu untuk menggendongku atau hanya sekedar mengangkat tubuh kecilku. Itulah hiburan terbaik untuknya dan saat itulah dunia terlihat begitu indah dimatanya.

Ibu, memeluk tubuh kecilku dengan penuh kehangatan dan terkadang terlalu erat. Yang mungkin jika aku artikan sekarang, ada rasa ketakutan jikalau puteri kecilnya itu suatu saat nanti akan tumbuh menjadi seorang gadis dewasa hingga saatnya nanti ia tak lagi bisa memeluknya seperti ini.

Aku bisa merasakan derai nafas keletihan untuk meperjuangkan hidup ketika sang fajar mulai bertahta pada singgasananya dan sang fajar pula yang memberi tanda untuk mengakhiri perjuangan hari itu. Aku sendiri pun tak ingat lagi apa yang ia lakukan, seketika berubah menjadi sangat kuat dan begitu banyak yang bisa ia kerjakan untuk mempertahankan kehidupan kami hari ini atau setidaknya hingga esok hari.

Ibu, memeluk tubuh kecilku dengan penuh rasa cinta, mendudukkanku dalam pangkuannya, hanya memandang ke langit luas di depan istana kami yang sederhana. Meski hanya diam, aku bisa merasakan keletihan yang tersirat dari kerapuhan tubuh paruh baya itu. Meski sorot matanya selalu memancarkan harapan dan semangat akan kehidupan anak-anaknya di masa depan. Sorot mata keyakinan atas kerja keras bahkan sangat keras, untuk malaikat-malaikat kecilnya.

Aku beruntung untuk ditakdirkan menjadi malaikat terkecilnya kala itu. Merasakannya bercerita padaku akan kisah hidupnya meski hanya dalam diam. Aku tak memahami kebisuan diantara kami kala itu, yang hanya memandang langit yang mulai kemerahan, meyaksikan sang surya perlahan kembali ke peraduannya dengan keyakinan esok hari dia akan muncul kembali. Aku pikir ibu hanya ingin mengajakku memandang lukisan Tuhan yang indah bukan main itu.

Jika aku pahami sekarang, ibu sesungguhnya sedang mengajariku untuk selalu yakin untuk memiliki mimpi-mimpi esok nanti. Jikalau sang surya kini harus kembali ke peraduannya, tetapi esok hari dia pasti akan kembali lagi untuk menerangi bumi dan seluruh makhluk-Nya. Ibu yang ingin puteri kecilnya menjadi layaknya sang surya di kemudian hari. Bersinar terang bahkan menjadi bintang yang paling terang, meski bukan untuk semua orang setidaknya untuk dirinya sendiri. Berdiri dengan kokohnya dengan kebanggaan dan tahtanya sendiri.

Dalam dekapan wanita yang penuh kasih sayang itu, aku tak mampu mengingat apa yang selalu ia ucapkan, hanya aliran cinta yang bisa kurasakan hingga sekarang, dalam dekapannya yang penuh kehangatan. Namun,bisa kucoba pahami sekarang, ibu ingin mengajarkanku keberanian untuk bermimpi dan berangan-angan tentang masa depan setinggi apapun itu, karena dengan kuasa Tuhan mimpi-mimpi itu menjadi mungkin seperti kuasa-Nya untuk mendatangkan siang dan malam. Dan itulah yang selalu ia katakan hingga sekarang.

Ibu dengan penuh cinta, meletakkanku dipangkuannya dan memeluk tubuh kecilku. Mengajakku untuk mengagumi kesempurnaan alam ciptaan-Nya. Senja kemerahan dan belaian tangan yang lembut membuatku nyaman untuk terlelap bersama sang surya yang kembali keperaduannya dan mulai bermimpi tentang esok hari.

Komentar