Memandang Senja


Bagai termenung sendiri memandang senja yang mulai kemerahan, mengantarkan siang menuju peristirahatannya dan menjemput kegelapan malam. Hari ini sudah hampir usai, memunculkan sedikit sesal yang menyesakkan.
Betapa hari begitu cepat berlalu sedang masih banyak hal yang belum aku lakukan dan kesalahan-kesalahan yang belum aku perbaiki.
Namun, apa mau dikata. Inilah kuasa Tuhan yang hanya bisa kita terima dengan penuh rasa syukur.
Senja kemerahan membuka memori penyesalan akan hari ini yang terlewat begitu saja.
Hanya bermalas-malasan di tempat tidur tanpa melakukan apapun.
Hanya menyantap makanan dengan rakusnya seolah esok tak pernah ada.
Tak meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat seolah sudah pasti esok hari tubuh ini kan terbangun dari tidurnya.
Menunda setiap hal yang sesungguhnya mampu dilakukan hari ini seolah hari esok kan berjalan lebih dari 24 jam.
Banyak hal yang baru tersadari tatkala hari ini, 24 jam yang ada benar-benar akan berlalu. Harusnya telah aku sadari betapa sesungguhnya waktu yang ada sungguh berharga, dan dia yang sudah terlewati tak akan pernah kembali lagi meski dengan sejuta sesal.
Senja kemerahan, hari ini tak mungkin diputar ulang. Hanya menunggu senja kemerahan menjemput kegelapan malam. Membiarkan kegelapan malam membimbing tubuh ini dalam mimpi-mimpi malamnya seraya menunggu esok kan datang dan menjemputku untuk memulai hari dengan lebih baik.
Senja kemerahan, sesal akan apa yang terlewatkan begitu saja dan harapan untuk yang akan terlewatkan lebih baik dari sebelumnya. Hingga senja kemerahan nanti, tak lagi membawa sesal. Hanya harapan sang surya yang akan lebih indah esok hari......

Komentar