PINTU....


PINTU....
SEBUAH KISAH BERAWAL DARI SEBUAH PINTU


Rasanya sangat berat untuk membuat tubuhnya tetap terjaga. Namun, tak ada pilihan lain, Zaskia masih terlihat sibuk dengan potongan-potongan foto beberapa orang hebat di negeri ini. Foto-foto pengusaha sukses hingga beberapa Top CEO masih berserakan diatas tempat tidurnya. Dengan mata yang tinggal satu jentikan jari saja akan tertidur, Kia begitu ia dipanggil, dengan sekuat tenaga berusaha menahan kantuknya untuk menempelkan foto-foto itu dalam sebuah notes book dengan sketsa kepala kerbau di bagian sampulnya. Kalau dilihat-lihat, gadis berusia sembilan belas tahun ini sedang melakukan sesuatu yang lebih mirip pekerjaan anak TK dibandingkan pekerjaan mahasiswa seperti dirinya.

Namun, atas dasar alasan khusus sajalah Kia melakukan aktivitas ini. Hanya satu hal yang bisa membuatnya melakukan hal sekonyol ini, demi memberikan hadiah yang spesial untuk kekasih hatinya. Sesuatu yang dibuat dari tangannya sendiri, sesuatu yang spesial untuk hari perpisahan mereka esok. Bukan perpisahan dalam artian hubungan mereka berakhir, melainkan perpisahan tempat dengan jarak yang tinggal beberapa jam lagi akan menimpa dirinya dan sang kekasih.

Foto terakhir, laki-laki dengan kacamata yang sedang tersenyum lebar itu berhasil ditempelkan pada halaman kesepuluh. Wajah yang menunjukkan usia sekitar 20 tahunan tentu saja bukan salah satu dari foto Top CEO atau pengusaha sukses di negeri ini. Arya, foto terakhir yang tertempel itu tak lain adalah foto pacar Kia.
“ Arya Nugraha.,SE.,MBA, CEO of PT.... 2025-....,” Zaskia mangucapkan kata-kata itu seraya tangannya menggoreskan pena untuk kata-kata yang sama di bawah foto kekasihnya, Arya.
“ Baru selesai satu bagian, huhh....,” Zaskia menghela nafas panjang menandakan masih ada bagian lain yang harus diselesaikannya setelah itu.
Rangkaian kata-kata yang membentuk bait-bait puisi belum ia sematkan dalam notes book yang kini berubah wujud menjadi hasta karya istimewa ditangannya. Seperti kebiasaanya untuk merangkai bait-bait puisi yang indah, Zaskia juga ingin membuatkan puisi yang spesial untuk kekasih hatinya.

Wajah itu asing,
Tetapi kenapa ia tersenyum seolah mengenalku?
Wajah itu semula terlihat asing
Tetapi kenapa senyumannya begitu meneduhkan?

..............

Kini wajah itu tak lagi asing
Dan senyuman itu selalu ada
Wajah itu tak lagi asing,
Memberiku keteduhan,
menjaga,
dan menghadirkanku kebahagiaan

Senyuman yang akan selalu kurindukan
Setelah hari ini.....

Zaskia tak mampu terjaga lebih lama lagi, ia tertidur dengan hadiah yang masih tergenggam oleh jari-jari tangannya. Kelelahan pun membimbingnya tuk menjemput mimpi malam yang indah...
****
Zaskia tak memiliki waktu untuk memperindah hasta karya spesial itu lagi selain hanya menuliskan kalimat-kalimat yang dirasakannya indah. Ponselnya telah beberapa kali berdering...
“ Ki, udah siap kan? Pokonya harus terlihat cantik ya hari ini,” Arya berbicara di balik teleponnya untuk mengingatkan kekasihnya akan kencan hari ini. Kencan terakhir sebelum perpisahan mereka yang mungkin hingga satu atau dua bulan lagi. Hari ini, tanggal 28 Februari.
“ Udah kok Kak. Emmm....tapi kayaknya aku nggak bisa tampil cantik deh. Gimana dong? Aku jeleeeek banget,hehehe,” Zaskia mencoba menggoda kekasih yang dipanggilnya ‘kak’ itu karena memang usianya yang hampir tiga tahun diatas usianya.
“ Kia, pokoknya buatku hari ini kamu akan terlihat sangat cantik. Karena Kia yang hari ini adalah Kia yang akan selalu menjadi bayangan yang akan aku rindukan tiga puluh hari kedepan,” dengan penuh perasaan Arya menjawab gurauan Kia dengan kata-kata yang terdengar indah sekaligus mengharukan.
“ Emm....,” Kia tak mampu mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya seolah rahangnya terkunci dengan kata-kata kekasihnya yang dirasa cukup romantis itu meski kesannya juga sedikit gombal.
“ Kok malah diem sekarang? Daripada kamu diem, mendingan keluar sekarang juga karena aku sudah ada di depan pintu yang ada tulisannya “Tamu pria dilarang masuk”,hehehe.”
Kata-kata terakhir itu tentu saja membuat Kia terkejut. Diambilnya tas dan benda spesial yang ia kerjakan dengan susah payah tadi malam seperti kilat yang menyambar. Langkah kaki yang menuruni anak tangga itu pun terdengar begitu keras. Dan dengan hitungan detik pula Kia membuka pintu untuk menyambut sosok yang dua bulan ini telah menempatkan keberadaannya di hati dan pikirannya.
“ Kak....,” dengan senyuman khas seorang Kia, ia menyapa kekasih hatinya itu.
“ Cantik benget hari ini? Mau kemana nih si eneng?” Arya justru menggoda Kia yang berusaha memenuhi permintaan Arya untuk mengenakan pakaian yang paling disukainya saat ke kampus. Permintaan yang aneh bagi Kia, kenapa kekasihnya itu justru tidak memintanya tampil istimewa, memakai make-up atau apalah yang membedakan penampilannya dari hari biasa.
“ Kok gitu? Kenapa nggak sesuai harapan ya? Kamu sih, kenapa aku malah nggak boleh tampil beda? Ini kan hari spesial?” ucap Kia dengan sedikit kesal.
“ Emmm...kenapa yaaa? Karena aku pengen punya ingatan seorang Kia dengan penampilannya sehari-hari jadi aku nggak kesulitan saat membayangkan Kiaku ini sedang ke kampus,hehehe,” ucap Arya sambil mengusap kepala kekasihnya. Alhasil, rambut yang perlu setengah jam untuk menatanya itu sedikit berantakan lagi.
Kia pun ikut tersenyum merasakan makna mendalam atas permintaan kekasihnya itu. Dua manusia yang terikat dalam sebuah perasaan bernama cinta itu berjalan beriringan untuk membentuk kenangan-kenangan indah di hari perpisahan mereka. Dua pasang mata yang saling bertatapan di depan sebuah pintu yang tetap diam menyaksikan drama cinta dua insan. Pintu itu pun kembali tertutup setelah membuka kisah hari ini.

****

Sang surya baru saja kembali dalam peraduannya. Namun, kencan berdua Kia dan Arya harus diakhiri saat itu juga. Arya harus mengejar pesawatya yang akan berangkat dua jam lagi. Kini, dua insan itu telah kembali ke titik awal pertemuan mereka siang tadi. Di depan sebuah pintu yang sebentar lagi juga akan menjadi titik akhir pertemuan mereka. Pintu,yang akan menjadi titik awal dan akhir.
“ Kak, semoga ini bisa menjadi hadiah spesial untuk hari ini,” Kia menyerahkan hasil begadangnya semalam untuk memulai detik-detik mengharukan di akhir pertemuan keduanya.
“ Hadiah?” Arya terkejut menerima hadiah dari kekasihnya yang telah ia rindukan bahkan sebelum mereka benar-benar terpisahkan oleh jarak sekarang.
“ Iya, itu aku bikin sendiri khusus buat Kak Arya, semoga itu bisa menjadi benda yang akan selalu mengingatkan kakak sama aku. Semoga dengan itu Kakak nggak akan pernah lupa sama aku. Aku mau kakak selalu inget aku, aku....,” Kia tak mampu melanjutkan kalimatnya hingga akhir dan sedikit menundukkan kepalanya seolah menahan sesuatu yang sedang menyesakkan dadanya. Perasaan yang sesungguhnya tak ingin ia merasakannya secepat ini.
“ Kia,” Arya meletakkan tangannya di pipi kekasihnya seolah ingin mengalirkan perasaan yang ada dalam lubuk hatinya, untuk mengatakan pada kekasihnya bahwa ia tak perlu mengkhawatirkan apapun. Jikalau ia bisa memperlihatkan sesungguhnya perasaan untuk kekasihnya itu sudah tertanam dengan sangat dalam.
“ Aku akan selalu ingat kamu Ki. Bahkan sekarang aku juga udah kangen sama kamu. Dan nggak akan mungkin aku nggak mikirin kamu meski tanpa benda ini sekalipun. Aku bahagia banget nerima ini Ki. Makasih ya, ini hadiah yang sangat spesial yang pernah aku terima. Maaf aku nggak bisa memberikan apapun,” perasaan Arya pun tergambar jelas dalam kalimat-kalimat yang terucap dengan penuh kelembutan itu.
Tak ada yang mampu Kia ucapkan untuk Arya. Hanya anggukan kepala dan tetesan air mata yang mulai dirasakan Arya menyentuh jari-jarinya.
“ Tuh kan, aku bilang apa? Aku nggak mau liat kamu nangis.”
Lagi-lagi Kia hanya menganggukkan kepala dan mencoba menahan air matanya sekuat mungkin.
“ Ki, sebentar lagi aku nggak bisa lagi berdiri disini. Kamu jaga diri yaaa... Makan yang teratur dan istirahat yang cukup. Pokoknya kamu jaga kondisi jangan sampai sakit, karena kalau kamu sakit aku nggak bisa lagi dateng kesini buat ngeliat kondisimu langsung. Aku nggak bisa lagi nemenin kamu makan dan ngeliat kamu sehat lagi. Jadi jangan sakit selama aku nggak ada ya?” Arya menatap wajah kekasihnya dengan perasaan terdalamnya. Sorot mata seolah ia ingin waktu lebih lama lagi untuk masih bisa menemani kekasihnya di tempat itu.
Sedang Kia justru melewatkan begitu saja waktu yang sangat singkat itu tanpa mengucapkan setidaknya satu kata perpisahan untuk Arya. Justru air mata yang semakin mengalir deras karena desakan hati yang membuatnya tak mampu untuk menahannya lebih dari beberapa detik berlalu. Hanya isakan perlahan yang keluar dari bibirnya.
“ Untuk hari ini aku ijinin kamu nangis, tapi nggak untuk lain kali ya? Sekarang kamu masuk, waktu kita udah habis Ki,” Arya, sebagai kodratnya sebagai laki-laki yang lebih mampu untuk menahan perasaan, ia tak ingin menangis dan tetap mengukir senyum seperti biasanya.
“ Terus kakak pulang lagi kapan?” akhirnya ada kata yang terucap dari bibir Kia.
“ Sebulan lagi, nggak lama kok. Sebulan lagi kamu akan ngeliat aku berdiri disini, tunggu yaa?”
Kia menganggukkan kepalanya pelan. Sejenak keheningan diantara keduanya tercipta. Hanya hempasan angin yang mencoba menempati ruang kosong diantara keduanya. Hanya tatapan dua pasang mata yang masih berbicara dengan bahasanya sendiri.
“ Kak, boleh nggak aku yang ngeliat kakak pergi?” Kia meminta persetujuan Arya untuk bisa memandanginya hingga benar-benar ia tak bisa melihat sosok itu lagi. Bukan seperti biasanya, Kia ingin kali ini Arya yang mengakhiri pertemuan mereka.
Dan sekarang, Arya yang hanya mengangguk perlahan. Laki-laki itu berjalan menuju mobil yang diparkir beberapa meter dari tempat keduanya berdiri. Hanya saja, Arya tak mengijinkan Kia untuk mengantarnya. Ia hanya boleh sebatas memandang kekasihnya tanpa beranjak dari tempatnya berdiri. Pintu mobil itu tertutup dengan suara yang cukup keras. Roda-rodanya pun mulai bergerak perlahan.
Kia memandang mobil yang mulai bergerak itu, pun mulai memberikan jarak dirinya dengan laki-laki yang memberikan perasaan yang semakin mendalam di hatinya sekarang. Gadis itu tak beranjak dari tempatnya berdiri hingga ia tak mampu lagi menemukan bayang-bayang kekasihnya dalam tatapannya. Senyuman yang ia coba ukir untuk kenangan sebelum Arya meninggalkannya bersama lelehan air mata yang tak mampu ia tahan meski untuk beberapa detik saja. Sedang dalam ingatan Kia hanya ada Arya dengan sorot mata yang penuh kasih sayang dan senyuman yang seolah memberikan kesanggupan untuk melindunginya sampai kapanpun. Pintu yang menjadi titik untuk perpisahan hari ini dan untuk pertemuan mereka nanti kembali tertutup.
Bayangan keduanya pun menghilang. Meninggalkan gelap malam menemani pintu yang tetap berdiri di tempatnya dan akan tetap berdiri di tempat yang sama sampai nanti. Menyaksikan drama kisah perpisahan dua insan hari itu untuk menunggu kisah pertemuan pada saatnya nanti. Pintu, sebuah titik untuk memulai dan mengakhiri drama kisah hidup manusia untuk berinteraksi dengan dunianya. Pintu.........

Komentar