Baru Kemarin...


Rasanya baru kemarin. Dua tangan itu membelai rambut hingga ujung kakiku. Rasanya baru saja kau bertanya “kapan kamu pulang?” bahkan pertanyaan yang selalu kau ulang. Waktu nyatanya telah memakan ingatanmu hingga kau menanyakan pertanyaan yang sama itu puluhan kali. Dan rasanya baru hari kemarin aku mendengarnya.

Masih tergambar jelas dalam pelupuk mata. Saat kau terduduk lemah dengan orang-orang yang sangat menyayangimu disekelilingmu, termasuk aku. Sekedar bercanda dengan kau yang mulai pikun, disitu nyatanya kekurangan justru menciptakan kehangatan diantara kau dan kami. Semua tertawa mendengar kau yang selalu mengulang ucapan yang sama dan kau sendiri pun juga ikut tertawa. Kau yang berkata umurmu yang masih muda, lagi-lagi tawa itu menciptakan kehangatan yang sama. Senyuman yang semakin terkenang.

Masih teringat jelas, belaian lembut yang selalu kau hadirkan ketika aku datang disampingmu. Mungkin memang karna kau jarang melihatku atau aku yang terlalu jarang mengunjungimu. Dan kau selalu bertanya kenapa aku memilih tempat yang jauh darimu hingga kau tak mungkin bisa mengunjungiku saat rindu. Lalu dengan bangga aku akan menceritakan mimpi-mimpiku meski aku juga sadar kau tak memahami itu. Dan apa yang ingin aku dengar aku dapatkan. Kau ucapkan kata-kata doa setelah itu meski kau tak tahu pasti apa mimpiku. Tapi kau tetap mendoa karna kau rasakan ada harapan dalam ceritaku pun setitik bahagia, hingga kau yakin apa yang aku ceritakan adalah benar-benar yang aku inginkan.

Tak akan pernah terlupa. Saat kau membagi-bagi uang pensiun meski sedikit pada tubuh-tubuh kecil yang menanti untuk sekedar uang jajan hari ini. Dan setelah mendapatkannya kami akan langsung melupakanmu dan berpaling sedang kau justru tersenyum senang. Mungkin, senyum-senyum kecil dan langkah kaki yang berlari riang itu adalah kebahagiaanmu. Aku masih ingat.

Tak ingin ada rasa sesal, meski rasanya kenangan bersamamu tak akan cukup untuk menemani langkah kaki waktu untuk selalu mengenangmu. Terlalu sedikit. Beberapa jam saja rasanya sudah selesai untuk napak tilas memori bersamamu. Sungguh, ini baru kusadari.

Hingga akhirnya semuanya benar-benar usai. Nyatanya seberapapun manusia mencintai hidup, pada saat itu semuanya harus berakhir. Dan betapa kuasa-Nya menunjukkan akan rapunhya cinta sesama manusia karena nyatanya ada saatnya cinta itu harus berakhir, saat itu.

Dan sekarang, pun hanya bisa sebatas mengingat semua kenangan yang ada meski sedikit.

Benar-benar baru kemarin. Duduk disamping tubuhnmu yang terbujur kaku dan tertidur dengan lelapnya seolah telah menemukan kedamaian yang sejati. Ya, baru kemarin. Dan kau akhirnya meninggalkan kami semua dengan kenangan masing-masing untuk menuju cinta sejatimu, disisi-Nya. Sedang kami yang masih memiliki waktu hanya bisa pasrah mengiring kepulanganmu dengan deraian air mata yang nyatanya tak mampu lagi kami menahannya. Mungkin sesungguhnya kau juga tak ingin air mata itu karena inilah kebahagian sejati yang akhirnya menjemputmu. Dan aku yakin, kau akan mendapat tempat terbaik disisi-Nya.

Benar, baru kemarin dan semuanya harus berakhir. Kau milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Bersama kenangan yang kian terbayang dan sedikit air mata yang tak sanggup lagi tertahan kami ucapkan salam perpisahan untukmu eyang....

Selamat jalan, selamat menuju kebahagiaan yang abadi disisi-Nya. Dan semua kenangan tentangmu akan tetap ada menemani keberadaanmu yang selamanya abadi di hati kami. Selamat jalan, doa kami kan mengiringi jalan menuju keabadianmu disisi-Nya.

Komentar

Posting Komentar