Biarkan Hatimu Berbicara


Sudah kubilang jikalau hati itu tak mudah untuk kau manipulasi. Dan kau, mengeluhkan hal yang sama lagi. Kau pikir apa yang yang kau rasakan adalah sebuah kebodohan, bukan. Jangan dengarkan teriakan orang yang mengatakan apa yang kaulakukan hanya kebodohan belaka, ketidakberdayaan, lemah, bahkan tak berakal. Apa aku perlu berteriak lagi ditelingamu sekencang mungkin, tuk sekedar mengingatkanmu lagi dan lagi. Sesekali, dengarkan kata hatimu dan ikuti permaianannya bagaimana ia akan menuntun langkah kakimu. Tapi ingat, bawalah serta logikamu tuk menemani hati yang sedang menggebu. Kalau-kalau hati itu terlalu kesetanan dan membuatmu melangkah terlalu jauh dan mungkin tersesat.

Jangan katakan lagi itu sebuah wujud merendahkan harga dirimu sebagai wanita ketika kau mengikut hatimu. Biarkan dia berbicara apa adanya pada jiwamu dan aku yakin logika akan menjadi partner yang baik ketika kau justru tak menyalahkannya dengan keras. Jikalau kau rasakan hati itu terlalu keras sekarang hingga rasanya begitu menyesakkan, dan kau pun takut untuk mendengarnya berbicara. Ya, kalau ini aku bisa bilang kau harus takut untuknya yang telah menggebu kesetanan. Karena selama ini kau menyiksanya terlalu keras, pantas saja kalau sekarang ia murka padamu.

Dan ini yang juga ingin kukatakan pada semuanya. Jangan mengekang hatimu itu terlalu keras saat ia ingin berbicara tentang cinta. Dengarkan dulu apa yang ingin dia katakan, terimalah alasannya selama itu tak menyakitkanmu. Setelah itu, barulah kau ajak ia berkompromi dengan logika untuk menentukan apa langkah yang terbaik. Jangan serta merta kau menolaknnya hanya karna teriakan mereka yang sejujurnya kau pun tak bisa percaya hingga kau tak mau mempertemukan keduanya dalam keadaan yang lebih tenang.

Seperti inilah jadinya sekarang. Padamu yang selama ini memaksa hati terlalu keras untuk melenyapkan rasa dan ingatan tentang cinta. Dan sekarang, ketika sedikit saja kau mengijinkan hatimu untuk sejenak mengenangnya, terlalu besar luapan perasaan yang ia ciptakan. Dan rasanya justru menyesakkanmu bukan? Apalagi ternyata kau tahu logika itu mau berkompromi dengan hatimu. Bukan penyesalan yang ingin aku tunjukkan, tetapi hanya sebuah kenyataan untuk tak lagi memaksa hati terlalu keras sayang... Biarkan ia berbicara jujur dan jikalau kau memang tak menerima argumennya biarkanlah logika yang berbicaranya perlahan-lahan dengan tetap mengijinkannya merasakan atas apa yang ia rasakan,cinta.

Biarkan pula waktu yang berbicara padanya dan membuatnya tersadar atau bahkan mendapatkan apa yang ia inginkan. Daripada memaksanya sekarang untuk diam dan melenyapkan cinta yang dirasakan, tetapi suatu saat nanti justru membuatnya kesetanan karena ada yang masih belum ia selesaikan, memastikan cinta itu terbalaskan atau hanya terabaikan. Biarkan saja. Sekali lagi aku katakan padamu, dengarkan hatimu yang ingin berbicara dan biarkan ia saling bertukar pendapat dengan logika. Karena aku percaya kita sudah dewasa, bukan lagi pemuja cinta tak berakal. Terserah jika orang tetap mau berkata ini pemuja cinta...

Dan terakhir kali aku ingin berkata padamu, biarkan hatimu berbicara. Biarkan cinta itu mendapat jawabnya. Karena aku yakin Tuhan juga memiliki andil untuk setiap hati yang berbicara dan Tuhan selalu mencintai umat-Nya....

Komentar

Posting Komentar