Sampai Batas Waktu


Sampai pada batas dan kini kemarau kembali datang. Angin tak lagi berhembus menggoyangkan setangkai edelweiss di puncak gunung. Kabar gerimis kan bawakan hujan hilangkan kering nyatanya tetap sebatas kabar hingga kemarau kini kembali datang. Setangkai edelweiss berdoa pada Tuhannya tuk datangkan hujan pelipur lara, dan jawab-Nya “sekarang belum saatnya.”

Ini sudah sampai batas waktu itu. Gerimis itu menyingkir perlahan justru bukan berubah menjadi butiran-butiran hujan. Indahnya pengharapan dalam sedikit pertanda nyatanya sungguh mengecewakan dan mimpi, nyatanya tak seindah tatkala mata ini terbuka sedang mimpi itu akhirnya lenyap. Kenapa pula setangkai edelweiss harapkan gerimis daratan sedang rasanya itu masih jauh. Tak seharusnya ada angan tuk sesuatu yang masih belum terlihat, jangan-jangan itu hanya bayangan. Dan bukan gerimis yang sesungguhnya.

Tapi, rasanya itu sungguh gerimis. Butiran air itu menjatuhi dedaunan meski sesaat. Atau memang gerimis yang sedang ingin mempermainkan? Apa pula salahnya hingga gerimis itu harus mempertontonkan keindahannya sedang itu bukan kesungguhan.

Setangkai edelweiss terlalu cepat riang dan ini sungguh menyedihkan. Mungkin gerimis sesungguhnya tak pernah datang untukmu jangankan ingin bawakan lebih dari itu. Ingin rasanya bertanya pada setangkai edelweiss malang tuk tatapan penuh harap akan gerimis yang tak pernah datang untuknya, hanya bayangan gerimis dalam mendung yang masih berjalan. Dan belum tentu mendung itu kan berhenti di tempat ini bukan?

Nyatanya setangkai edelweiss masih berteriak meski lirih “biarkan aku bertahan untuk sesaat memandang gerimis yang tak pernah ada. Bukan untuk harapan kosong, hanya mengumpulkan kekuatan untukku sendiri. Biarkan aku bertahan melihat mendung berjalan menjauh, sesaat, aku janji hanya sesaat dan setelah itu aku akan melepaskan akarku dari tempat ini. Dan aku akan terbang bersama angin, aku tak akan berkata pada siapapun sesungguhnya ini pernah ada. Meski sungguh, aku harap gerimis itu datang dalam sesaat ini. Tapi, rasanya itu tak mungkin.”

Biar, karena ini telah sampai pada batas waktu itu. Angin kencang kan datang beberapa saat lagi dan setangkai edelweiss kan terbang bersamanya. Dan jangan kau terlihat rapuh hanya tuk gerimis yang bermain pada asa dan ketulusan. Pergi dan terbangkanlah asa itu sejauh mungkin tuk hilangkan kecewa yang mulai menyapa. Kau bukan inginnya dan pergilah untuk harapan yang tak mungkin berwujud.

Dan ini sudah sampai batas waktu itu. Nyatanya setangkai edelweiss tak ingin terlihat rapuh tuk sebuah ketulusan yang berani ia katakan. Biarlah bayangan gerimis yang tak nyata itu menjadi kenangan sesaatnya yang menyenangkan. Gerimis yang kau ingin nyatanya tak menginginkanmu dan terbanglah tanpa ragu, ini sudah sampai pada batas waktu itu.

Komentar