“ DEWASA” : UNTUK AKU MEMPERTANYAKANNYA


Sedang aku hanya ingin memanja pada cinta
Tunggu dulu, itu bukan dewasa
Sedang aku hanya ingin mengiring detik waktu pada cinta
Ingat, itu bukan dewasa
Juga untuk sedikit romantisme tentang cinta
Lagi, juga bukan itu arti dewasa
Dan hanya untuk sekedar rasa rinduku
Pun juga aku harus dewasa?

Bukan, aku bukan mengeluh tentang kisah yang mengiring detik waktu ini. Pun aku juga tak menyesal sedikitpun. Untuk aku yang nyatanya masih tak mampu menjangkaunya dan untukku yang tak secepat itu memahami. Dewasa.

Kabar angin terkirim lewat senja kemerahan, terhempas menghampiri gelap malam untuk nila langit biru, fajar esok nanti. Kabar angin membawanya. Dewasa. Sedang aku menerima dengan kedua telapak tanganku menengadah. Hingga kini samar aku mampu memaknainya.

Bukan.
Belum.
Hampir.
Seharusnya.
Dewasa.

Masih tetap samar. Dewasa. Bilakah ia harus mengiring kisahku tentang cinta. Tuk tidak lagi kesalahan. Tuk tidak lagi kekecewaan. Dan bukan kabar angin. Cinta, ingin menjelaskanku memahaminya. Dewasa. Senyumku untuk ini. Aku mulai belajar.

Sedikit ada yang menjerit. Tangisku hari kemarin. Tunggu, itu bukan dewasa. Cinta, selalu ingin aku menjangkaunya. Dewasa.

Bilakah dewasa itu adalah diam? Bukan sendu untuk rindu tak terbendung. Bukan memanja untuk gelora cinta yang memuncak. Juga bukan rayuan romantisme tentang cinta. Seperti itukah? Bilakah dewasa itu memendam untuk rasa hati ingin menjerit. Juga menahan untuk dia yang menggebu. Untuk membiarkan sebatas ikatan tentang hati, bukan wujud.

Haha, dewasa!

Untukku yang hanya ingin mengiring cinta
Ingat, aku harus dewasa
Sedang aku hanya ingin menikmatinya,
masih, aku harus dewasa
Dan untuk aku dengan rasa rinduku,
harus menunggu,
Jika cinta, terlalu bermain dengan waktu
Sejenak lenyap,
Lelap dalam tawa pagi harinya
Dan ini
Diam, aku harus dewasa!

Tetap aku harus bersabar pada waktu untuk benar memahaminya. Bilakah aku tak cukup dewasa pada cinta?

Komentar