Segenggam Kebersamaan dan Langkah Kaki Waktu

Memang sudah kodratnya,
akan ada akhir dalam setiap pertemuan,
pun segenggam tawa dalam kebersamaan
Tak kan selamanya seperti itu
Karna memang ini hakikat hidup,
hanya sejenak
Atau sebatas menunggu,
tuk inilah saatnya,
harus berakhir
yang mulanya ada,
selanjutnya tak lagi ada
Tuk yang mulanya sama,
dan kini berbeda
Lagi,
inilah hakikat hidup
tak kekal
Seharusnya aku tahu ini dari dulu. Atau sebenarnya aku sudah tahu, tetapi justru tak mau peduli jikalau ini memang pasti terjadi. Bukan, bukan aku tak peduli karena memang aku tak mau peduli. Ini lebih pada ketakutanku, pun seperti kau juga yang lainnya. Ini adalah soal cinta yang mau tak mau akan menunjukkan wajahnya yang tak lagi sama. Meski, aku dan kalian semua akan selalu berkata “cinta itu akan tetap sama, dulu, sekarang, dan nanti.”

Namun, tak bisa seindah itu yang bisa kita wujudkan. Karena lagi, waktu menbawa kita pada kondisi yang tak lagi sama. Waktu, nyatanya mengantarkan kita untuk selalu dan terus memasuki jalan untuk selanjutnya kita menjadi dewasa, meninggalkan masa-masa penuh ketidaktauan juga hidup yang teramat simple. Masa kanak-kanak itu.
Dan ini adalah sedikit kenangku...

Jika dulu kaki-kaki kecil it berdiri berdampingan. Mengantri suapan nasi dari tangan penuh kaih itu, sembari bergandengan tangan. Atau justru saling bertengkar berebut kekuasaan. Untuk si kecil yang kan mendapat lebih pembelaan atau dia yang tertua memiliki lebih banyak akal dan lebih kekuatan. Untuk setiap kepala dengan ingin yang tak sama, sedang hanya ada satu tv untuk kami semua. Selalu sama, teriakan kecil, adu mulut hingga siapa kalah juga siapa yang bisa mengalah. Bertengkar dan kadang sedikit dendam kanak-kanak juga amarah dan sedikit rasa iri. Waktu itu mungkin terasa menyebalkan.

Tapi satu yang tak kan terlupakan, lima pasang kaki itu tetap bernaung dalam satu atap yang sama. Dan masih, lebih bergantung satu sama lain. Masih tentang hanya mereka yang dikenal juga masih tentang hanya mereka yang selalu dekat.
Masa kanak-kanak itu...

Lalu, nyatanya waktu tak hanya diam pada tempatnya. Satu per satu, beranjak dari masa-masa itu. Satu per satu, ada yang menarik untuk yang dulu sepasang kaki-kaki kecil itu. Dan memang seperti itu yang kan mestinya terjadi bukan? Teman, ilmu, cita, juga kesenangan membuat waktu seperti masa itu mulai berkurang. Mungkin hanya esok sebelum memulai hari juga malam sebelum lelah mengakhiri. Dan benar, yang dulunya ada perlahan mulai tersamar hingga mungkin hilang hanya berbekas.

Dan waktu selalu menuntun menuju jalan kita menjadi seorang dewasa...
Dan saat aku juga kalian semua belum terlalu terganggu dengan ini. Atau sesungguhnya menyadari, tetapi masih ada tawa lain yang mampu menyamarkan itu, waktu ternyata berjalan lebih cepat dari yang kita tahu. Jikalau sebelumnya hanya segenggam kebersamaan itu yang mulai berkurang. Kini cinta dalam ingin yang lain mulai menghampiri kalian satu per satu. Dan prioritas pun tak lagi sama seperti sebelumnya. Hingga satu per satu dari yang dulu sepasang kaki-kaki kecil itu melangkah meninggalkan pintu atap itu satu per satu. Dan memang itu hakikatnya, segenggam kebersamaan tak selamanya pada tahtanya yang sama.

Dan inilah sekarang,
Sedang aku juga kalian semua pasti menyimpan cinta satu sama lain itu pada tempatnya juga akan tetap sama. Lima pasang kaki seorang dewasa juga tetap dalam ikatan yang sama. Hanya saja, kebersamaan itu tak lagi seperti dulu dan memang seharusnya tak seperti dulu karena inilah hakikat hidup. Sepasang kaki akan membentuk keluarga barunya sendiri untuk waktu yang tak hanya diam pada tempatnya. Untuk konsekuensinya, kebersamaan seperti dulu, hanya untuk waktu-waktu tertentu. Dan ini memang bukan untuk sedih, tetapi hanya sedikit mengenang. Untuk sejenak menapaki takdir Tuhan, nyatanya semua itu hanya sejenak untuk selanjutnya akan terambil juga oleh takdir-Nya.

Terlahir dalam kasih ayah ibu yang sama, menapaki langkah kaki waktu juga dalam kebersamaan, hingga asa, cita, juga cinta selanjutnya memisahkan kebersamaan yang dulu ada. Untuk saat ini kebersamaan itu hanya sesekali waktu. Dan aku, merindukan saat-saat itu. Yang dulu sepasang kaki-kaki kecil itu, kini memiliki hidupnya masing-masing, istananya sendiri, pun keluarga kecilnya sekarang.

Untuk sekarang, aku hanya mencoba mengenang........

Komentar

Posting Komentar