Dialog.............#1

"Hei, maukah kau mendengarkanku hari ini?"
Kuanggap kau mau, meski beranjak. Membuat jarak. Sudahlah, aku tak bisa menutup mulutku lagi jika aku belum selesai sampai akhir. Mungkin tidak pernah ada akhir. Hanya kelelahan dan aku akan tertidur.

"Hei, kau angin kan?"
Ya, aku sudah mengenalmu beberapa waktu ini. Aku hanya memastikan kau tak tiba-tiba berubah wujud.

"Hei, kau masih akan tetap mendengarkanku kan?"
Aku ingin bercerita tentang senja hari kemarin. Sungguh, terlihat seperti akan hujan badai seperti empat tahun yang lalu. Langit begitu mendung dan rasanya  petir akan berjatuhan. Kau tak tahu kan jikalau aku sangat takut dengan petir? Aku bisa berteriak, atau sebaliknya aku hanya akan diam. Dan pasti itu akan terlihat sangat aneh. Aku tidak suka diam.
"Apa? kau tidak melihat akan hujan badai? Tidak mungkin!"
Jelas-jelas aku melihatnya senja kemarin begitu mendung dan kilat, meski tanpa gelegar suara yang menakutkan.
"Ah! tidak mungkin!"
Indraku masih normal. Ya ya ya, meski kuhitung sekali, dua kali, dan tiga kali aku pernah salah melihat. Huh, oke. Aku salah melihat. Ini kali, setelah entah kapan aku tak ingat aku mengakui jikalau aku memang salah. Tak mudah untuk mengakui kesalahan bukan? Juga sangat jarang dan sekarang aku melakukannya.
"Jujur? Ah tidak. Aku memang seperti ini."
"Apa? Memang, aku sangat keras kepala."
 Dan apa pedulimu. Kau tak dirugikan, pun hanya aku.
"Tak ada untungnya juga kan jika aku berucap jujur?"
 Aku juga masih tak yakin aku salah. Ya ya ya, meski setengah bukan tiga per dua hatiku berkata aku salah.
"Oke, aku terima. Ya, mungkin setelah ini aku akan menangis. Tapi bukankah aku sudah sering menangis?" Sudah biasa. Oh, aku juga sudah terbiasa tersakiti oleh diriku sendiri.
Memang, aku tidak suka membohongi orang lain. Tapi menjadi penjahat terkeji di dunia ini, aku melakukannya.
"Bisa apalagi aku?"
 Ini sudah pagi hari. Dan waktunya dia beranjak ke belahan bumi yang lain. Bukan disini dan menemaniku.
"Coba kau lihat. Bukankah dibelahan bumi sana, ada bunga yang sangat indah?"
 Kupikir akan terlihat lebih indah saat senja menghampirinya. Pun, dia terlihat tersenyum untuk datang.

"Hei, dengarkan aku!"
Oke, jikalau kau ingin beranjak. Tapi, jangan kau kabarkan pada siapapun. Jangan berbisik pada dedaunan. Ya, aku menyukai senja hari kemarin. Bukan mendung dan pertanda badai yang aku rasakan tatkala aku menutup mata.
"Diam! biarkan dia berjalan. Jangan kau berbisik, nanti dia akan mendengarmu. Apa kau tak melihat jika dia lebih tersenyum saat berjalan ke depan?"
Kemarin tidak.

"Hei, dengarkan aku!"
Pergilah, aku sudah terbiasa dengan ini. Aku masih mawar berduri di tengah hutan ini. Pergilah....
"Esok hari aku akan bercerita lagi untukmu, sampai jumpa!"

Komentar