Gadis itu seperti menapaki sebuah
jejak. Sepertinya itu bukanlah jejak
baru. Pun,kupikir gadis itu sudah melewati jejak itu beberapa kali. Aku duduk
disini sejak lama dan tak beranjak. Aku juga tak pernah menginjak jejak kaki itu
yang hampir menghilang.
Hujan tadi malam. Menyisakan
butiran-butiran air di ujung daun bunga krisan. Ini tengah hari dan gadis itu
berjalan tertunduk menapaki jejak-jejak kaki yang bercampur dengan jejak
kakinya sendiri. Antara enggan dan tetap ingin berjalan. Berhenti sejenak
seolah tak ingin menapaki jejak kaki itu lagi. Detik berlalu dan gadis itu
berjalan lagi. Dan itu bukan jejak kaki yang tak berujung.
Kupikir jejak kaki itu mengarah
pada hamparan danau indah di ujung sana. Dan kenyataanya tidak. Gadis itu
selalu berhenti sebelum sampai ke sana. Pun raut wajah penuh tanya. Seolah ia
mencari jejak yang hilang. Ia tak menemukan jalan ke hamparan danau indah itu.
Sejujurnya aku ingin tertawa.
Kenapa tak ia tanyakan saja pada orang yang sesekali berlalu di sebelahnya.
Acuh. Hanya termenung dalam diam. Aneh.
“Di sana!” bahkan aku berteriak
dengan ujung jariku mengarah pada jalan menuju danau. Menoleh sesaat, sedikit
senyum, dan ia kembali tertunduk. Atau mungkin sebenarnya ia sudah tau jalan
menuju kesana? Terserahlah, dia juga tak mempedulikanku.
Gadis itu kembali menoleh
kebelakang. Mengamati jejak yang bercampur dengan jejak kakinya sendiri. Dan
raut wajahnya menampakkan sedikit ketakutan. Sepertinya ia tak ingin menapaki
jejak itu kembali. Namun, wajahnya tersenyum. Kupikir aku melihat bayangan
berdiri pada jejak yang sama dengan gadis itu. Kupastikan lagi. Menghilang.
Gadis itu masih termenung dan
menatap hamparan danau yang masih jauh dari tempatnya terdiam sekarang.
Kuputuskan berdiri dan berjalan
menuju gadis itu.
“Kenapa hanya berdiri disini?”
Aku bertanya pada gadis itu. Dan aku berlari karna aku tahu apa yang ingin dia
katakan.
“Jejak ini salah, aku melewati
jejak ini tiga kali dan semuanya salah. Tak berujung pun justru aku semakin
tersesat.” Pun gadis itu menjawab dengan tatapan kecewa.
“Tunggu jejak yang baru. Mungkin
akan ada yang lewat disini dan meninggalkan jejak untukmu, sebentar lagi. Atau
mungkin kau akan menunggu lebih lama lagi. Tunggu saja.” Aku menoleh dan
tersenyum pada gadis itu.
“Benarkah? Dan bagaimana jika
yang datang akan kembali meninggalkan jejak yang salah? Dan aku sudah lelah
untuk kembali dari titik awal jika aku harus tersesat.”
“Kau takut?” Aku bertanya dengan
sedikit cibiran.
“Ya.... Tidak!”
Aku hanya tertawa dan kembali
berlari.
“Kau mau kemana? Apa kau akan
menuju danau?” gadis itu bertanya padaku.
“Aku? Akupun tak tahu bagaimana
jalan menuju danau itu. Meski aku tahu dimana letak danau itu. Aku hanya bisa
mengikuti suara yang kudengar.”
Pun aku tertawa miris dan
berhenti. Menatap gadis itu dan kini kita sama-sama berhenti.
“Mungkin dia bisa menunjukkanku
jalan!” teriakan kami yang nyaris bersamaan. Ada bayangan samar yang kembali
terlihat.
Komentar
Posting Komentar