Cerita Masa Kecil, Episode : Bermain Peran


Melepaskan kebosanan saat aku tidak di utilisasi dengan maksimal, aku kembali pada menulis. Pada dasarnya apapun yang aku lakukan dan apapun yang sedang terjadi pada akhirnya aku akan kembali pada tulisan. Teman terbaikku. Oke, tak usah berpanjang lebar. Aku akan kembali menulis tentang masa kecil. Mengapa? kupikir itu adalah masa ketika aku bisa banyak tertawa dan kuharap dengan menuliskannya aku akan kembali tertawa. Meski hanya sekedar mengingat, tak bisa kembali bukan?

Episode kali ini adalah cerita tentang rumah-rumahan, bermain peran. Dalam setiap sesi permainan rumah-rumahan tak bisa ditolak aku yang akan selalu menjadi dalangnya (pembuat ide cerita), bahkan sampai dialog pemain juga kuatur jika aku tak suka. Bukan hanya itu, aku juga yang akan selalu menjadi pemain utamanya. Tokoh protagonis yang berkuasa. Beruntungnya, tak pernah ada yang menolak aturan tak tertulis bermain rumah-rumahan denganku ini. Bahkan jika kulimpahkan hak istimewa ini pada yang lainnya tak ada satu anak pun yang mau. Atau karena mereka takut saja tak bisa bermain denganku lagi? bisa saja. Aku tak pernah menghampiri teman-teman bermainku satu per satu. Melainkan mereka satu per satu yang datang ke rumahku. Seperti rumahku sudah di patenkan secara tidak tertulis sebagai pusat bermain dan pertemuan anak-anak.

Kegemaranku berimajinasi untuk mengarang cerita semacam ini ternyata berlangsung hingga saat ini. Dulu, di masa-masa SMP sampai SMA aku sangat senang membuat cerita untuk drama kelompok ataupun kelas. Bedanya, aku tak punya ego lagi untuk menjadi pemeran utama. Jangankan pemeran utama, menjadi pemeran pendukung pun aku tak ingin. Aku hanya ingin di belakang layar. Dari tujuh drama yang kubuat, hanya satu kali aku menjadi pemeran utama dan dua kali menjadi pemeran pendukung. Selebihnya, penulis skenario dan sutradara saja. Sepertinya kepercayaan diriku menurun terhitung saat menginjakkan kakiku pertama kali di bangku SMP.

Kembali ke bermain rumah-rumahan di masa kecilku. Sepulang mengaji sehabis salat dhuhur (sewaktu SD aku memilih mengaji bersama teman-teman sehabis dhuhur), beberapa teman dengan gaya yang khas sudah memanggilku dari bawah pohon rambutan."Desi...... desi....., dolanan yo" (desi ayo bermain). Tanpa berpikir panjang aku pun langsung menghampiri mereka dan mengajak masuk ke rumah. Rumah sedang sepi, siang hari begini memang tak akan ada orang lain selain aku dan ibu. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti boneka, tas, kain (untuk menggendong boneka), telepon-teleponan, dan tentunya juga menyiapkan settingan tempat kami semua siap bermain. Aku, Farida, Pipit, Putri, Maya, dan Munif. Hanya ada satu laki-laki disini karena memang hanya anak laki-laki ini yang bersedia ikut bermain rumah-rumahan yang katanya permainan yang terlalu perempuan.

Seperti biasanya, kami bermain rumah-rumahan standar anak-anak pada umumnya. Boneka biasanya dijadikan bayi-bayi kami. Aku memilih boneka boboku dengan kaki yang panjang karena lebih mudah di gendong dan dipakaikan baju-baju bekasku yang sudah kekecilan. Lainnya, kupinjamkan saja ke teman-teman. Oh ya, aku paling suka menggunakan nama-nama artis untuk menggantikan namaku seperti Desy Ratnasari, Tamara Blezinsky, atau nama-nama artis lainnya yang seringkali muncul di sinetron. Saat bermain rumah-rumahan seperti ini biasanya aku akan memilih munif sebagai suami-suamian di permainan ini dan biasanya juga dia menggunakan nama pemain bola. David beckham dan Del piero adalah nama favorit yang sering digunakan bocah ini. Jadilah Desy Ratnasari bersuamikan David Beckham, keren juga. Lainnya? teman-temanku yang lainnya cukup bersuamikan virtual. Asyiknya adalah Munif punya sepeda sehingga aku bisa membonceng, jadilah hanya keluargaku yang memiliki kendaraan.

Permainan dimulai, standar saja tanda untuk menunjukkan hari sudah pagi adalah suara kokok ayam. Tinggal siapa yang ingin berkokok sesuai kesepakatan. Seringkali, yang berkokok adalah dia yang sudah malas berakting tidur. Setelah itu, kami anak-anak perempuan akan berpura-pura memasak, memandikan bayi, menyuapi bayi, selain itu juga ada yang memilih mencuci atau pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya yang umumnya kami lihat dilakukan ibu-ibu kami. Selepas itu, kami yang memilih peran menjadi ibu-ibu akan menitipkan anak kami ke seseorang yang setuju untuk jadi tokoh yang tidak bekerja. Itu yang umumnya kami lihat, anak-anak dititipkan pada tetangga saat ibu mereka sedang bekerja, begitu juga denganku.

Selepas itu, kami akan pergi bekerja. Pipit, Putri, dan Maya akan memilih bekerja di pabrik biasanya. Ya, kebanyakan ibu-ibu dikampungku menjadi buruh di pabrik garmen. Aku? Tentu saja aku tidak memilih itu. Aku memilih pekerjaan sebagai pedagang. Ya karena pekerjaan ibuku adalah pedagang. Anak kecil biasanya akan meniru pekerjaan yang mereka lihat dilakukan oleh ibunya, begitu juga denganku. Tentu saja, aku berangkat bekerja dengan sepeda diantar oleh si David Beckham. Setelah itu, si David Beckham juga akan menjadi tukang ojek untuk yang lainnya. Hari itu, aku menjadi pedagang makanan jadi. Membuka tikar bekas yang sudah tidak terpakai dan menyiapkan peralatan masak-masakan. Oh ya, ada yang tertinggal kuceritakan, Farida hari ini yang menjadi tetangga si penjaga bayi.

Disini biasanya aku yang mengatur ceritanya. Kapan hari akan mulai malam, kapan hari minggu, dan aktivitas apa saja yang lainnya yang akan kami lakukan. Biasanya aku dan teman-teman bisa bermain rumah-rumahan sampai dua jam. Terkadang kami bubar karena memang sudah waktunya selesai bermain, biasanya jam empat sore. Itu adalah waktu dimana setiap anak harus kembali ke rumah masing-masing dan mandi. Atau, terkadang kami bubar karena sedikit konflik. Ada anak yang tidak puas dengan peran yang mereka lakukan, tidak mau mengikuti skenario yang disepakati dan kemudian memilih pulang terlebih dahulu.

Bermain peran yang aku lakukan sewaktu kecil bukan hanya sebatas bermain rumah-rumahan. Terkadang kami bermain dokter-dokteran, sekolah-sekolahan, berjualan, atau kadang bermain menjadi keryawan dan bos seperti yang biasanya kami lihat di sinetron. Sudah bisa ditebak tentu disini aku yang akan menjadi Dokter saat bermain dokter-dokteran, menjadi guru saat bermain sekolah-sekolahan, menjadi penjualan saat bermain jual-beli dan menjadi Direktur saat bermain kantor-kantoran. Untungnya, aturan ini tidak pernah ditolak oleh teman-teman masa kecilku. Dan dari semua permainan yang ada, bermain peran inilah permainan yang paling aku sukai. Bukan karena permainan ini lebih banyak dilakukan didalam rumah, mungkin lebih kepada karena aku bisa berimajinasi dengan cerita-cerita yang aku buat sebagai alur cerita dari peran-peran yang kumainkan dengan teman-temanku itu.

Itulah sedikit tentang kegemaranku bermain peran di masa kecil. Tapi entah, sampai saat ini aku juga paling suka melihat anak kecil bermain peran. Sangat lucu.

Komentar