Menjadi Opsi.....

Ini bukan soal memandang sebelah mata atau tidak mengindahkan. Ini bukan tentang mereka. Ini murni tentang diriku. Tentang ketakutan untuk sakit hati.

Ini cerita tentang menjadi sebuah pilihan dan bukan tujuan. Dan bukan itu yang aku mau. Aku berjalan untuk sebuah tujuan dan jika aku bukan menjadi tujuan maka menyingkirlah. Jangan menghambat langkahku.
Aku melempar kerikil kecil karena kau menakutiku dengan sakit hati. Mungkin, pikiranku juga ikut terlempar  jauh keluar. Dan aku mulai bertanya mungkinkah ini akan membawaku pada kotak hitam menyakitkan yang sama nanti? Jikalau aku hanya menjadi sebuah opsi dan bukan tujuan, bukan tidak mungkin nantinya aku menjadi seonggok daging yang ditinggalkan dan jiwaku terlanjur terbawa. Mau jadi apalagi aku setelah itu? Mau lari kemana lagi? Aku sudah terjebak dalam pelarian dan harus sejauh apalagi aku melarikan diri untuk kesekian kali? Yang semacam ini kuakui adalah titik terlemahku.

Aku melempar kerikil kecil, nyatanya bukan hanya mengenai kau. Lagi-lagi ini karena kecerobohanku dan aku selalu melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Membuat dunia disampingku yang sudah indah justru hancur lagi-lagi karena ulahku.  Menjauhkan orang-orang terdekat karena kebodohanku. Aku juga tidak mengerti memang aku bodoh, angkuh, atau hanya pura-pura bodoh untuk ketidakpedulianku pada orang lain? Dan semacam ini juga nantinya akan menggerogoti hatiku perlahan. Aku akan jatuh.
Sederhana. Semua hanya karena ketakutanku. Nama itu muncul saat aku mendapatkan senyumku dan aku takut dia akan mengambil senyumanku yang masih tersamar ini. Sedang, untuk yang masih tersamar seperti ini apa yang bisa kuperdebatkan untuk kupertahankan? Tak ada hak yang bisa aku perjuangkan. Dan aku juga takut untuk mencari jawabannya karena aku takut jikalau jawaban itu benar hanya akan menyakiti diriku sendiri. Untuk itu aku memilih diam dan menarik kesimpulanku sendiri.

Malam itu angin berbisik begitu kencang ditelingaku dan dia dihadapanku.  Ingin rasanya aku memeluk tubuhku sendiri dan menghilangkan ketakutanku. Aku adalah sebuah opsi yang mungkin dipilih atau diabaikan. Aku memeluk ketakutanku dan nafasku mulai sesak. Dan mulai detik itu aku berspekulasi. Ini sudah selesai, sebaiknya aku lari. Sebelum dia mengambil dariku, sebaiknya kulepaskan dan aku berlari agar aku tak lagi mendengar, juga melihat. Taka ada hakku untuk menghalagi, tapi tak ada juga kekuatanku jikalau  aku harus berdiri dan bertahan.

Dan benar duniaku sudah hancur karena ketakukanku akan ditinggalkan dan terabai. Namun, apa boleh buat. Untuk diriku yang pernah merasakan semacam itu bahkan dari seseorang yang sangat aku cintai di dunia ini melebihi apapun. Ketakutan yang seperti ini tak akan mudah untuk menjadi angin lalu. Dan silahkan jemput kebahagianmu, tujuanmu. Hinggaplah dimanapun yang kamu inginkan, tapi jangan hinggap padaku. Aku adalah sebuah tujuan, bukan sekedar pilihan.


Komentar