Justru Karena Aku Terlalu Takut....

Hari kemarin kau bertanya padaku, mengapa aku tak pernah menoleh ke belakang. Jangankan peduli dengan masih tidakkah kau berjalan di belakangku, sekadar melihat apakah bayanganku masih ada pun tidak. Kemarin kau bilang aku orang yang tak peduli, seharusnya aku memiliki rasa khawatir. Dan kau juga bilang, bisa saja kau berjalan berbalik arah dan meninggalkanku seorang diri. Aku hanya bisa tersenyum.

Kau tahu, kau salah? Aku tidak melihat ke belakang bukan karena aku tidak khawatir. Bukan karena aku tidak takut dan merasa percaya diri bahwa kau atau siapapun yang berjalan di belakangku tidak akan berbalik dan meninggalkanku. Bukan seperti itu.

Kau tahu? Justru karena aku terlalu khawatir aku tidak melihat ke belakang. Justru karena aku tidak percaya diri bahwa kau tidak akan berbalik meninggalkanku maka aku tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang. Aku terlalu khawatir jika aku menoleh ke belakang dan sudut mataku tak bisa menemukanmu lagi. Dan aku terlalu takut jika aku tak menemukanmu aku akan menangis seperti seorang anak kecil yang terlepas dari genggaman tangan ibunya dan tersesat. 

Aku memilih untuk tidak memberi kesempatan diriku sendiri untuk menoleh ke belakang, aku harus tetap berjalan tanpa peduli kau akan berbalik atau tidak. Bukan berarti aku tidak peduli kau ada atau tidak, hanya aku tak ingin merasa kecewa. Jikalau aku berbalik dan kau sudah lenyap? Lebih baik aku tak melihatnya jika memang ternyata kau sudah tidak berjalan di belakangku dan dengan seperti itu aku akan tetap merasakan dan percaya bahwa kau masih ada. Pun aku masih akan tetap bisa tersenyum. Meski, sulit untuk tidak menoleh ke belakang karena harapan yang terlalu besar bahwa kau tetap berjalan di belakangku, mengawasiku, dan aku juga ingin memastikan itu.

Sekali lagi, aku memilih menunduk atau memandang ke depan dibanding menoleh kebelakang justru karena aku terlalu takut dan khawatir. Dan bukan berarti aku tidak merasakan. Aku melihatmu dengan mata yang lain. Buktinya, saat kau mencoba berbalik aku langsung menoleh ke belakang bukan? Aku tahu. Angin memberiku tanda lewat getaran saat kau mencoba beranjak pergi. Sejujurnya, jikalau kau pergi dan aku tetap tidak menoleh ke belakang bukan berarti aku tak akan tahu. Bukan berarti aku tak akan kecewa. Hanya saja, tanpa melihatnya aku bisa tetap percaya bahwa kau masih ada, mengawasiku, berjalan di belakangku. Dengan seperti itu aku tak perlu meneteskan air mata untuk kecewa yang menyayat hati.

Dan apa kau tahu? Saat aku sering menoleh ke belakang dan kau beberapa kali berjalan berbalik arah meninggalkanku? Dan seberapa banyak aku harus menangis dan kecewa? Aku terlalu takut untuk mengulangnya lagi.

Komentar