TEMU KANGEN

Temu kangen? Rasanya judul yang tersemat masih belum tepat. Tapi biarlah. Ini adalah cerita tentang kami yang tak sering bertemu, meski juga tak bisa dibilang tak pernah bertemu. Dua bulan sekali, atau mungkin sebulan sekali mungkin kami pernah bertemu. Meski, tidak dalam formasi lengkap. Untuk sejenak mengenang kebersamaan kami di kampus yang sudah hampir dua tahun berlalu? Bukan itu saja, banyak. Pembicaraan yang selalu bisa membuatku tertawa sempurna. Mengerutkan garis pada mata, yang katanya yang seperti itu adalah sebuah senyum yang tulus. Dari dalam hati.

Menyesap minuman pilihan masing-masing sambil terus berbincang. Dalam sebuah kedai kecil di jalanan yang terkenal dengan tempat tongkrongan yang beraneka ragam. Kami, menjelma sebagai para pekerja yang diatur oleh rutinitas. Ini adalah pilihan kami. Mungkin saja ini masa depan. Mungkin tidak. Hanya saja ini adalah jalan kami, menuju entah masa depan mana yang akan bersedia menyambut. Hah, ini soal waktu. Tak  ada yang tahu pasti bukan? Kopi. Teh tarik adalah pilihan yang selalu sempurna untukku. Manis. Sedikit pahit.

Diam. Mungkin sama-sama lelah berbagi cerita. Hingga pembicaraan mengarah pada kenangan masa kecil. Meski daerah asal kami tak ada yang sama. Namun, kami nyatanya mengalami masa kecil yang serupa. Haha, topi dan dasi yang menjadi masalah terbesar kami saat masa-masa Sekolah Dasar (SD). Minggu malam yang menegangkan. Setelah satu hari dihabiskan untuk memonopoli remote TV untuk memastikan tayangan kartun kesayangan bisa ditonton tanpa ada yang mengganggu gugat. Lalu, di malam hari akan ada suara ibu yang sedikit kesal karena kami selalu lupa di mana menaruh dasi dan topi. Haha, topi tertinggal di laci kelas. Mungkin saja hilang. Atau entah siapa anak yang datang paling pagi dan lupa membawa topi akan memeriksa laci-laci kalau-kalau keberuntungannya datang dan ada topi yang tertinggal. Dan dasi yang berujung datar untuk anak perempuan dan segitiga tumpul untuk anak laki-laki bergambar logo "Tut Wuri Handayani" masih belum ditemukan. Pasti terselip. Kalau sudah begitu harus bersiap saja esok hari berbaris di barisan khusus bagi mereka yang tidak mengenakan seragam lengkap untuk upacara bendera hari Senin. Seremonial seluruh negeri. Haha.......Kami tertawa.

Atau. Di hari Jumat ada seremonial kenegaraan juga. Senam pagi. Senam Ayo bersatu. Hingga SKJ 2004. Memunculkan rasa malu untuk menumbuhkan kedisiplinan akan ada lagi pada acara senam pagi. Bagi siswa yang tidak hafal gerakan senam, barisan terdepan adalah tempat yang tepat. Hanya saja, di sebagian sekolah katanya mereka yang cantik akan di bariskan di barisan depan. Hahaha. Sama halnya dengan upacara bendera. Anak-anak yang tidak ingin berkumpul di lapangan akan memilih untuk berpura-pura sakit. Cukup dengan duduk menundukkan kepala di atas meja, kami pikir (siswa SD) itu adalah bahasa tubuh yang pas untuk memperagakan bahwa kami sedang sakit dan guru akan mengijinkan kami untuk tinggal di kelas. Haha, jangan lupa nak, guru sudah terlalu kenyang dengan tipu daya ala anak-anak. Atau bersembunyi di bawah meja di barisan paling belakang? Kami pikir tidak akan terlihat. Jelas-jelas tindakan yang kurang cermat.

Lagi. Satu masalah besar siswa SD adalah ketika ada kunjungan dari Puskesmas untuk imunisasi. Melihat mobil bertuliskan Puskesmas beraneka tingkah menggelikan akan terjadi. Penyebabnya hanya satu. Jarum suntik. Ada yang langsung menjerit dan menangis sekencang-kencangnya meskipun jarum suntik itu belum menyentuh tangannya. Bahkan apakah petugas puskesmas akan melakukan "hari suntik" atau tidak saja belum tahu. Ada yang langsung bersembunyi di bawah meja. Ada yang mengambil tasnya dan langsung lari pulang ke rumah saat guru keluar kelas sebentar untuk menyambut petugas puskesmas. Bersembunyi di warung atau di kamar mandi. Dan ada yang diam saja ketakutan. Atau diam karena memang dia tidak takut dan menikmati pemandangan teman-teman yang ketakutan.

Hahahahaha.............hanya mengenang hal sekecil ini nyatanya lebih mudah membuat kami tertawa. Jika mau dikatakan bahagia itu sederhana. Silahkan. Bahagia bisa datang dari hal yang sederhana. Itu benar.



Komentar