BUNGA



Bunga. Aku memang menyukai bunga. Mawar, lily, krisan, bahkan bunga sepatu sekalipun. Aku merasa bunga adalah aku. Wanita.

Pun, nyatanya Bunga menjadi sahabat terbaikku. Haha, bukan bunga mawar, melati, lily, atau bunga daisy. Namanya Bunga Aulia Juhedi. Untukku, dia adalah teman terbaik. Apakah kami sering menghabiskan waktu bersama? Tidak. Apakah kami selalu bercerita lewat chat setiap hari? Juga tidak. Kami berinteraksi seperlunya. Tidak selalu menghabiskan weekend bersama juga bercerita seperlunya saja. Apakah Bunga orang yang akan selalu membuatku tenang saat aku punya masalah? Dengan selalu mencarikan alibi yang membenarkanku? Tidak.

Kami bersahabat sejak mungkin empat tahunan yang lalu. Saat kami sama-sama bermain dan belajar di organisasi yang sama. Kami berbeda divisi, pun kami tidak sering berinteraksi soal pekerjaan di organisasi. Hanya dalam satu project, Majalah Economica 47. Bunga bersedia membantuku. Lalu, setelah itu kami semakin akrab. Meski, awalnya gadis ini bukan gadis yang menyenangkan untukku. Hahaha. Bunga, dengan gaya bicaranya tak akan mudah untuk gadis Jawa sepertiku yang sungguh sangat perasa. Dia selalu menilai dengan objektif. Berbicara jujur dan blak-blakan. Pun dia tidak akan terlalu peduli jika kejujurannya itu terkadang menyinggung perasaan si pendengar. Namun, inilah yang membuat aku bisa bersahabat dengannya sampai saat ini.

Bunga akan menjadi teman yang menenangkanku dengan tidak mendukungku menjadi seorang yang cengeng. Mungkin berbeda dengan sahabat wanita yang lain. Bunga tidak akan pernah mencarikan alibi untuk membuatku merasa ada pembenaran dalam setiap kesalahan yang aku lakukan. Kata-katanya akan sedikit sinis, senyumnya juga. Tapi, inilah yang terkadang aku butuhkan. Aku tidak terlalu suka untuk dikasihani. Tidak terlalu suka dinasihati panjang lebar dengan penuh kata-kata bijak. Tidak terlalu nyaman dipeluk oleh seorang teman wanita yang akan mengatakan bahwa aku boleh menangis dan aku tidak sepenuhnya salah. Tidak. Aku lebih sering hanya butuh untuk didengarkan. Diberi sentakan kata sesekali. Dan aku lebih bisa berpikir normal. Bunga selalu melakukannya.

Kami masih bersahabat sampai sekarang. Bertemu seperlunya. Bercerita ketika kami sama-sama butuh saja. Dan tak ada yang tersinggung soal ini diantara kami. Bukan berarti kami tidak melihat bahwa kami masing-masing adalah sahabat yang spesial. Ini hanya bentuk persahabatan kami saja. Apakah kami bersahabat karena kami punya banyak kesamaan? Tidak. Kami adalah dua manusia yang jauh berbeda. Bahkan, terkadang kami tidak saling melengkapi. Sifat kami berdua penuh dengan pertentangan. Kadang, kata-kata kami juga saling menyinggung satu sama lain meski kami sedang bersama. Haha, tapi inilah yang membuat kami justru bisa bersahabat dengan nyaman. Tidak harus bertopeng manis untuk masih menjadi seorang teman.

Jika diibaratkan senyawa. Bunga memiliki komposisi yang pas untuk menjadi seorang sahabat untukku. Cara pandang hidup. Life style, ketakwaan, kecerdasan, dan semuanya. Rasanya tidak pernah memberatkan langkahku untuk berjalan disampingnya sebagai seorang sahabat. Kami sudah sama-sama tahu satu sama lain. Dan jika kubuka lembaran demi lembaran ingatan, Bunga selalu ada kapanpun aku butuh bantuannya, untuk tersenyum bersama ataupun untuk sedikit berbagi beban dan rasa sakit.

Bunga Aulia Juhedi, panggil saja empat huruf pertama namanya. Bung! Kamu menyebalkan sebagai seseorang yang sangat objektif, tapi kamu terlalu menyenangkan untuk menjadi seorang sahabat. Semoga cerita persahabatan kita terus bersambung tanpa ada titik yang terputus ya Bung! Haha, maaf tidak ada kata-kata yang terlalu manis atau melankolis dalam tulisan ini.

Komentar