SURAT 1 - KAMU

Hai, aku bingung bagaimana cara menulis surat untukmu. Haha, bukankah semudah menggoreskan pena pada selembar kertas layaknya aku sedang berbicara padamu? Aku ingin menceritakan padamu tentang bagaimana aku merindukanmu untuk datang. Kamu? Siapa kamu? Siapapun kamu. Aku hanya percaya kamu adalah kamu yang selalu tersenyum saat melihatku, yang tak akan pernah sanggup melihatku bersedih, dan selalu ingin memeluk tubuhku yang semakin menua dan lemah. Yang ingin selalu mendengarku bercerita. Yang selalu ingin menjadi muara rasa rindu dan rasa sayangku yang tak bertuan.

Aku ingin bercerita sebanyak mungkin tentang kamu. Dimataku. Hanya saja, aku belum tahu siapa kamu. Mungkin kamu adalah seorang yang pernah aku kenal, selalu kukenal, atau mungkin belum pernah aku mengenalmu sekalipun. Jadi, aku hanya akan menulis tentang aku dan selalu bertanya tentang siapa kamu. Mungkin suratku hanya akan menjadi surat yang tak beralur. Tapi aku percaya bahwa kamu adalah kamu yang akan selalu senang membaca apapun yang aku tuliskan. Iya kan?

Untuk yang pertama mungkin suratku tak akan panjang. Tubuhku sakit. Dan sampai kapan aku akan mampu menahan rasa sakit yang semacam ini? Sampai kamu datang dan aku bisa bersandar. Boleh bukan? Aku percaya kamu adalah kamu yang akan dengan senang hati memberikan bahumu untuk aku bersandar. Memberikan punggungmu untuk aku menangis karena aku tidak ingin kamu melihatku menangis. Dan kamu, adalah kamu yang tak akan pernah mampu untuk melihatku menangis. Jikalau aku menangis itu bukan karena kamu yang melukaiku. Kamu adalah kamu yang membuatku menangis karena terlalu bahagia.

Tunggu, tapi jangan berpikir aku hanya ingin menemukanmu sebatas untuk aku bersandar. Menjadikan tempat bergantung. Menimpakan beban. Tidak. Aku hanya ingin berbagi senyum. Melihatmu tersenyum setiap hari. Menjadikanmu pria yang paling bahagia di dunia ini. Semoga kamu adalah kamu yang selalu bahagia dengan memilikiku. Yang akan selalu tersenyum untuk menghapus gelisahmu. Yang akan memijit bahumu yang pegal karena kamu sudah bekerja seharian. Menyimpan sepatumu. Memasak makananmu. Semuanya. Cita-citaku hanya ingin menjadi serba bisa untukmu. Membuatmu merasa nyaman. Itu yang paling penting, ya?

Hanya saja, jikalau sesekali atau mungkin beberapa kali aku melakukan kesalahan. Tolong jangan mendiamkanku. Dan aku percaya kamu adalah kamu yang akan meluruskanku. Bukan meninggalkan. Kamu adalah kamu yang akan membantuku menjadi benar. Menjadikanku baik. Menenangkan. Mentoleransi. Memaafkan. Dan yang akan selalu penuh cinta. Memaklumi.

Hai, aku sudah merindukanmu. Semoga kamu adalah kamu yang saat ini juga sedang merindukanku. Dan aku tidak akan pernah merasa ragu lagi, kamu akan datang. Suatu saat. Disaat aku sudah siap untuk menjemputmu datang. Sekarang belum.

Hai, apakah sekarang kamu sedang menyesap secangkir kopi? Ini jam 8 malam. Atau kamu masih di tempat kerja dengan setumpuk pekerjaan yang tak kunjung selesai? Atau kamu sedang mengaji sekarang? Menyapa-Nya yang membuatmu mencintaiku? Atau sekarang kamu juga sedang menulis? Mungkin kamu seorang penulis. Atau kamu sedang bermain musik? Mungkin kamu seorang musisi. Atau kamu adalah seorang pelukis? Atau kamu sedang menyebrang membelah lautan dari atas langit? Ah, atau kamu adalah seorang petualang yang aku tak akan bisa menebak apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Hanya menerka pun membuatku penasaran. Aku semakin merindukanmu.

Hai, aku sudah lelah. Tubuhku semakin sakit. Biar kubawa rasa penasaranku dalam tiupan rindu. Siapa kamu? 

Komentar